Air dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Bagian 1)

Allah yang Maha Rahman menyiapkan segala kebutuhan hidup bagi setiap makhluk-Nya. Mentari dengan setia menyinari bumi, menghangatkan, sekaligus memberi manfaat untuk kehidupan. Oksigen tersedia melimpah di sekitar permukaan bumi, dan bukan di luar angkasa, karena kehidupan makhluk hidup pada umumnya berada di sana. Demikian pula air, kumpulan molekul yang tersusun dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen ini banyak tersedia di bumi, di laut, danau, sungai, di dalam tanah dan di atmosfer berupa uap air yang biasa tampak sebagai awan. Semuanya disediakan oleh Allah untuk menunjang kebutuhan mendasar makhluk hidup ciptaan-Nya yang berada di bumi.

Air adalah sumber kehidupan. Asal segala kehidupan makhluk di bumi adalah dari air. Setidaknya begitulah pendapat yang dikemukakan ilmuan sains dan teknologi. Menurut mereka ada 3 teori tentang asal mula kehidupan yang bermula dari air, pertama, kehidupan dimulai dari air, dalam hal ini air laut. Teori ini percaya bahwa kehidupan muncul dari reaksi kimia yang panjang dan kompleks. Rantai kimia ini dipercaya dimulai dari air laut. Kedua, peran air dalam kehidupan diekspresikan dalam bentuk bahwa semua makhluk hidup berasal dari cairan sperma. Sperma berasal dari sari pati makanan, dan makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan yang tidak dapat hidup tanpa air.  Ketiga, bahwa air adalah unsur penting agar makhluk dapat hidup dan menjaga kelangsungan huidupnya. Selain itu, pada kenyataannya, sebagian besar tubuh makhluk hidup terdiri dari air. Penyataan tentang sumber kehidupan bermula dari air disebutkan dalam Al-Quran surah Al-Anbiya ayat 30:

وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ  اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ

“Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?” (al-Anbiya: 30)

Selain ayat tersebut, Al-Qur’an juga menyebutkan salah satu manfaat mendasar air bagi kehidupan makhluk-makhuk di bumi. Dengan redaksi yang ringkas Allah berfirman,

هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لَّكُمْ مِّنْهُ شَرَابٌ وَّمِنْهُ شَجَرٌ فِيْهِ تُسِيْمُوْنَ  ١٠

“Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu. (an-Nahl: 10)

Di dalam Al-Qur’an terdapat lebih dari 200 ayat yang secara langsung menyebut kata (al-ma') yang bermakna 'air' atau hal-hal lain yang berhubungan dengan air, seperti hujan, laut, sungai, mata air, dan sebagainya. Dalam rangkaian ayat-ayat tersebut, Al-Qur’an juga membahas masalah air dan fungsinya di alam, misalnya air sebagai penopang kehidupan makhluk hidup di bumi, daur hidrologi air ataupun air sebagai sarana transportasi, sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Qur’an, Surah Ibrahim ayat 32:

اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚوَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِى الْبَحْرِ بِاَمْرِهٖ ۚوَسَخَّرَ لَكُمُ الْاَنْهٰرَ ٣٢

“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian dengan (air hujan) itu Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan kapal bagimu agar berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu.” (Ibrahim: 32)

Keberadaan air di bumi adalah sebuah keistimewaan, karena secara teoretis, kemungkinan keberadaanya di tempat lain, di alam semesta sangat kecil sekali. Pada daerah tata surya kita, air banyak didapati di luar bumi, tetapi pada umumnya dalam bentuk gas atau es. Sedangkan dalam bentuknya yang cair, praktis hanya dijumpai di bumi. Jarak antara bumi dengan matahari yang sedemikian rupa menjadikan molekul-molekul air di bumi sebagian besar selalu tersedia dalam fasa cair. Selain jarak yang proporsional, bumi juga berotasi mengelilingi matahari, hal itu mengakibatkan distribusi dan fluktuasi suhu di permukaan bumi bergerak dinamis. Dengan demikian, bumi memiliki fasa air yang komplit yaitu fasa cair, fasa padat dan fasa gas, sehingga bumi menjadi tempat yang layak huni bagi makhluk hidup.

Itulah sebabnya, mengapa Allah menempatkan manusia di planet bumi, bukan di planet lainnya, karena di planet ini Allah telah menyediakan sarana-sarana penopang kehidupan mereka, salah satunya adalah air. Dalam surah al-A’raf ayat 10 Allah menjelaskan,

وَلَقَدْ مَكَّنّٰكُمْ فِى الْاَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيْهَا مَعَايِشَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ ࣖ   ١٠

“Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.” (al-A’raf: 10)

Menurut Syaikh Wahbah az-Zuhaili, dari ayat ini kita menyadari bahwa penempatan manusia di bumi adalah suatu anugerah yang besar. Berbagai fasilitas yang mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia telah disediakan oleh Allah, seperti hamparan tanah yang layak huni, sumber-sumber makanan seperti tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan beragam jenis hewan di darat ataupun di laut, sinar matahari, oksigen dan juga air.  (BP)

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved