Jika Anda peminat mushaf kuno, silakan datang ke Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah di kompleks “Masjid Agung Jawa Tengah” – jangan keliru dengan “Masjid Agung Semarang” di Kauman, atau “Masjid Jami’” di Simpang Lima, sebab berbeda masjid. (Boleh lihat: http://seputarsemarang.com/masjid-agung-jawa-tengah-1726/). Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah menempati lantai dua dan tiga Al-Husna Tower – yaitu menara masjid ini – di bagian depan sisi selatan masjid. Museum ini relatif baru, diresmikan pada tanggal 28 September 2007 oleh Gubernur Jawa Tengah, H Mardiyanto, dan tentu saja dibangun bersamaan dengan pembangunan masjid yang cukup megah ini.
Museum ini mengoleksi 9 mushaf kuno yang berasal dari wilayah provinsi Jawa Tengah. Ke-9 mushaf ditempatkan di lantai dua museum ini. Menurut caption yang tertera di masing-masing mushaf, empat di antara koleksi itu berasal dari Kudus (Mushaf 1). Tiga mushaf di antaranya merupakan peninggalan kiai di Semarang, Temanggung, dan Tegalsari, memperlihatkan bahwa mushaf tersebut dahulu benar-benar digunakan oleh para ahli agama di lingkungan pesantren. Sedangkan dua mushaf lainnya tidak ada caption.
Museum ini mengoleksi 9 mushaf kuno yang berasal dari wilayah provinsi Jawa Tengah. Ke-9 mushaf ditempatkan di lantai dua museum ini. Menurut caption yang tertera di masing-masing mushaf, empat di antara koleksi itu berasal dari Kudus (Mushaf 1). Tiga mushaf di antaranya merupakan peninggalan kiai di Semarang, Temanggung, dan Tegalsari, memperlihatkan bahwa mushaf tersebut dahulu benar-benar digunakan oleh para ahli agama di lingkungan pesantren. Sedangkan dua mushaf lainnya tidak ada caption.
Selain mushaf, museum yang terletak di bagian bawah menara masjid ini juga menyimpan sejumlah manuskrip lain berisi ilmu tafsir, fikih, dan lain-lain. Di samping, naskah, museum ini juga mengoleksi benda budaya lain yang terbuat dari kayu, gerabah, foto-foto masjid kuno, tokoh agama, dan lain-lain.