Abū Dāwūd Sulaimān bin Najāḥ dalam diskursus Rasm Usmani dikenal sebagai as-Syaikhani, selain Abū ‘Amr ad-Dānī. Dunia percetakan mushaf Al-Qur’an modern yang menggunkan Rasm Usmani dengan riwayat Abu Dawud adalah mushaf-mushaf Timur Tengah, Malaysia dan Brunei Darussalam. Nama lengkapnya adalah Sulaimān bin Najāh Abī al-Qāsim al-Umawī. Ayahnya merupakan mantan budak Khalifah al-Muayyad Billah bin al-Mustanṣir al-Andalūsī (Spanyol). Tidak banyak riwayat yang melapor­kan biografi murid ad-Dānī ini. Menurut Ibn Bashwāl, Abū Dawūd meru­pakan salah satu muqri’ kenamaan yang dikenal mumpuni dalam ilmu qiraah dan ṭarīq-ṭarīq-nya, dan dikenal sīqah. Di antara karyanya adalah al-Bayān al-Jāmi‘ li ‘Ulūm Al-Qur'ān, at-Tabyīn li Hija’ at-Tanzīl dalam bidang rasm usmani dan Ushul adh-Dhabt dalam bidang tanda baca Al-Qur’an. Ia meninggal di Valencia pada 16 Ramadan 496 H/ 1102 M.

Menurut Shirshāl, ada tiga sumber yang Abū Dāwūd jadikan acuan dalam menyusun karyanya, yakni mushaf-mushaf pada waktu itu (al-maṣāḥif), riwayat (ar-riwāyah), dan karya-karya sejenis di bidang rasm usmani yang waktu itu lebih dikenal dengan istilah Hijā' al-Maṣāḥif. Untuk kategori pertama, selain meriwayatkan langsung dari gurunya, Abū ‘Amr al-Dānī (w. 444 H/1052 M), Abū Dawūd banyak mengacu pada mushaf-mushaf lama (‘atīq) yang ia komparasikan dengan penjelasan ‘Āṣim al-Jahdarī (w. 128 H/746 M), Yaḥyā bin Ḥārith al-Dhimmārī (w. 145 H/762 M), Abū ‘Ubaid al-Qāsim (w. 224 H/839 M), dan Abū Ḥātim Sahl bin Muḥammad (w. 255 H/869 M).

Kategori kedua, berdasarkan riwayat yang dilaporkan oleh ‘Abd ar-Raḥmān bin Hurmuz al-A‘raj al-Madanī (w. 117 H/735 M), Nāfi‘ bin Abī Nu‘aim al-Madanī (w. 169 H/785 M), Khālid bi Iyās (w. 224 H/839 M), Isma‘īl bin Ja‘far al-Madanī (w. 180 H/796 M), ‘Īsā bin Mīnā Qālūn (w. 220 H/835 M), ‘Āsim al-Jahdarī (w. 128 H/746 M), dan lain-lain. Sementara kategori ketiga, berdasarkan karya-karya di bidang perbedaan mushaf (ikhtilāf al-maṣāḥif) karya ‘Abd Allāh bin ‘Āmir al-Yaḥsibī (w. 118 H/736 M), Abū ‘Amr bin al-‘Alā' (w. 153 H/770 M), Abū al-Ḥasan al-Kisā'ī (w. 180 H/796 M), al-Ghāzī bin Qais (w. 199 H/814 M), dan lain-lain.

Karena lebih beragam dan banyaknya sumber periwayatan Abu Dawud inilah yang mungkin menyebabkan banyak negara mengambil referensi riwayat Abu Dawud atas ad-Dani. Wallahu a’lam. (znl).