Pernahkah Anda mendengar "Mushaf Indonesia"? Inilah mushaf (atau 'mashaf', begitu dalam Qur'an ini disebut) yang ditulis atas prakarsa Dr Haji Ibnu Sutowo, sekaligus sebagai 'pemilik naskah asli' (demikian ditulis pada catatan yang sangat informatif di awal mushaf). Ibnu Sutowo pada tahun 1970-an dikenal sebagai 'raja minyak', dan pendiri Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) di Jakarta Selatan.
'Perencana/pelaksana' pembuatan mushaf ini adalah HM Umar Murad, dan ditulis oleh Muhammad Syadzali, kaligrafer yang juga menulis “Mushaf Standar Indonesia” edisi pertama (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/10/mushaf-al-quran-standar-indonesia.html). Pembuat hiasan bingkai mushaf adalah Azhari Nur dan H Muzammil. Mushaf ini diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan Al-Qur'an dengan bantuan pemerintah Arab Saudi. Mushaf yang dicetak di Percetakan PT Al-Ma'arif Bandung ini "disiarkan dengan cuma-cuma". Mushaf ini menggunakan rasm usmani, dengan sistem 'ayat pojok' yang biasa digunakan oleh para penghafal Qur'an.
Nama "Mushaf Indonesia" tercantum di awal mushaf. Di halaman pertama, di bawah gambar Ka'bah besar, tertulis "Mushaf Indonesia - kutiba wa thubi'a fi Indonesia" (ditulis dan dicetak di Indonesia). Mushaf ini berukuran 'tanggung', 20 x 14 cm, selesai ditashih oleh Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur'an pada tanggal 18 Rabi'ul Awal 1400 H (5 Februari 1980). Adapun 'Surat Tanda Tashih'-nya sendiri tertanggal 16 Juni 1980, dengan tanda tangan ketua Drs H Mahmud Usman dan sekretaris Drs H Alhumam Mundzir. Berdasarkan tanggal pada Surat Tanda Tashih itu, jelas bahwa mushaf ini dicetak setelah bulan Juni 1980. Adapun angka tahun "1399 (1979)" yang tercantum di awal mushaf, dapat disimpulkan, adalah tahun selesainya penulisan mushaf ini.
Pada halaman akhir mushaf terdapat 'Maklumat' dari Penerbit yang merupakan "amanat dari Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur'an Departemen Agama", berisi pemberitahuan bagi para 'pemakai mushaf' ini, bahwa "penulisan mushaf diambil dari rasm mushaf al-Qur'an terbitan Makkah al-Mukarramah". Selanjutnya, "penggunaan tanda baca sebahagian besar telah disesuaikan dengan tanda baca mushaf-mushaf al-Qur'an yang beredar di Indonesia", kecuali beberapa tanda baca, yaitu tanwin dammah yang umumnya dibuat 'sejajar'; mad tabi'i tidak diberi sukun; dan "setiap huruf yang tidak berfungsi dalam pembacaan diberi tanda bulat kecil" (sifr); serta penulisan tertentu untuk mad jaiz munfasil dan mad silah tawilah.
Dua halaman naskah asli mushaf ini berada di Bayt al-Qur'an & Museum Istiqlal, Jakarta.