Tradisi penyalinan Qur’an di Iran sangat panjang. Singkatnya, tahun 1995, Pemerintah Iran membuat lembaga percetakan mushaf Iran. Lembaga ini mengawali kegiatannya dengan membuat tim kajian rasm, dabṭ dan tanda waqaf mushaf. Tujuan dari tim kajian tersebut antara lain: 1]. Membuat naskah akademis standarisasi rasm dan dabt mushaf Iran; 2]. Mengkaji kemungkinan penyatuan rasm pada mushaf; 3]. Meninjau ulang posisi waqaf dan alamatnya; 4] menghasilkan kajian rasm dan dabt yang mempermudah pengajaran Al-Qur’an.
Untuk mencapai target tersebut maka perlu dilakukan: 1]. Merujuk karya-karya penting yang terkait disiplin rasm dan ḍabt; 2]. Merujuk mushaf cetakan dari berbagai negeri untuk dikaji rasm kalimat dan dabtnya; 3]. Merujuk pada karya-karya tafsir, i’rab, dan waqf ibtidā’; 4]. Mengadakan symposium yang mengundang pakar dalam bidang rasm dan dabt dan meminta pendapat mereka terhadap hasil kajian.
Buku-buku yang digunakan dalam kajian ini antara lain: al-Muqni karya al-Dānī, Mukhtasar Tabyīn karya Abu Dawud, Aqilatul Atrab al-Qaṣā’id karya al-Syatibi, al-Wasilah ilā Kashfi al-Aqīlah karya al-Sakhāwī, Mauridud Dam’ān fī Rasm al-Qur’ān karya al-Kharrāz, Natsru al-Marjān karya al-Arkātī, Talkhis al-Fawā’id karya ibnu al-Qāṣiḥ, Dalīl al-Ḥairān karya al-Marāginī dan masih banyak lagi.
Adapun mushaf yang digunakan sebagai pembanding yaitu mushaf al-Amiri, mushaf Madinah riwayat Hasf ‘an ‘Āṣim, mushaf Madinah Riwayat al-Dūrī ‘an Abi ‘Amar, mushaf Madinah riwayat Warsy ‘an Nāfi’, mushaf Madinah riwayat Qālūn ‘an Nāfi’, mushaf Madinah a la India, mushaf Jamahiriyah, dan mushaf cetakan India dan Pakistan.
Intinya, rasmnya apa? Rasm mushaf Iran sesuai dengan mushaf-mushaf cetakan yang masyhur di dunia Islam kecuali pada penulisan 289 kalimat. Kalimat tersebut berbeda rasmnya dengan mushaf Amiri dan mushaf Madinah. Meskipun begitu, rasm kalimat 289 tersebut terdapat juga pada beberapa atau paling tidak ada pada satu mushaf objek kajian. Jelas belum?
Jelasnya, mushaf Iran rasm usmani. Hanya belum/tidak memilih ikut al-Dani atau riwayat Abu Dawud. Makanya, pada tujuan pembentukan Lajnah disebutkan bahwa kedepannya akan diupayakan PENYATUAN RASM MUSHAF (IRAN). Hal menarik dari kaidah tim Lajnah Iran yaitu adanya al-Tashīl lil-‘Āmah (memberi kemudahan): jika satu kalimat memiliki varian rasm lebih dari satu, maka dipilih yang mudah bagi masyarakat. Maka dari itu, mushaf Iran lebih: 1]. memilih isbat (menggunakan) alif dibandingkan tanpa alif; 2]. Rasm hamzah didekatkan ke rasm qiyasi, dan lain-lain.
Menurut saya, penetapan kaidah rasm pada mushaf Iran sangat simpel. Tidak njlimet. Mereka mencontoh mushaf muktabar/masyhur, kemudian diambil yang paling fungsional bagi masyarakatnya. Tidak ngotot harus al-Dānī atau harus Dawud. Yang penting sudah ada sandarannya, bungkus! Mungkin ini langkah awal, sambil dicari solusi lebih detil di kemudian hari.
Untuk waqaf ibtida’, mushaf Iran menggunakan rujukan buku tafsir ahlus sunnah dan shi’ah, buku waqaf ibtida’ dan i’rāb. Adapun simbol waqafnya menggunakan kaidah milik al-Sajawandi dengan merubah fungsinya: م (waqaf lajim), ط (jaiz, utama berhenti), ج (waqaf jaiz), ز (jaiz, utama lanjut), ص (waqaf murakhas), لا (tidak boleh berhenti dan memulai). Untuk dabt, mushaf Iran mengurangi pemakaian tanda sukun pada huruf mati dan tanda-tanda lain yang ‘merepotkan’.[AH]