Penetapan dalam Mushaf
‘Az-Zukhruf’ yang berarti ‘hiasan’ ini ditetapkan sebagai nama surah ke-43 dalam Mushaf Standar Indonesia. Demikian pula dalam mushaf-mushaf negara lain seperti Mesir, Saudi Arabia (Mushaf Madinah), Pakistan, Libya, dan Marokko.
Dasar Penetapan dan Sebab Penamaan
Dasar penamaan ini adalah pernyataan Ibnu Abbas ra. saat menyebutkan surah-surah yang diturunkan di Makkah dan Madinah satu per satu sesuai waktu turunnya. Pernyataan itu dapat ditemukan dalam riwayat Ibnu aḍ-Ḍurais (w. 294 H.) dalam kitabnya yang berjudul Faḍā’il al-Qur’ān (Ibnu aḍ-Ḍurais, 1987), disebutkan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: أَوَّلُ مَا نَزَلَ مِنَ الْقُرْآنِ بِمَكَّةَ، وَمَا أُنْزِلَ مِنْهُ بِالْمَدِينَةِ الْأَوَّلُ فَالْأَوَّلُ... وَكَانَ أَوَّلُ مَا أُنْزِلَ مِنَ الْقُرْآنِ: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ثُمَّ ن وَالْقَلَمِ، ...ثُمَّ لُقْمَانَ، ثُمَّ سَبَأَ، ثُمَّ الزُّمَرَ، ثُمَّ حم الْمُؤْمِنِ، ثُمَّ حم السَّجْدَةِ، ثُمَّ حم عسق ثُمَّ الزُّخْرُفَ، ثُمَّ الدُّخَانَ... فَهَذَا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَّةَ، وَهِيَ سِتٌّ وَثَمَانُونَ سُورَةً، ثُمَّ أَنْزَلَ بِالْمَدِينَةِ.....
Dari Ibnu Abbas ra. dia berkata, “Yang pertama-tama diturunkan dari Al-Qur’an di Makkah dan yang diturunkan di Madinah secara berurutan.... Yang pertama-tama diturunkan dari Al-Qur’an adalah: Iqra’ bismirabbikallażī khalaq, Nūn walqalam,... kemudian Luqmān, Saba’, az-Zumar, Ḥāmīm al-Mu’min, Ḥāmīm as-Sajdah, Ḥāmīm ‘Ain sīn qāf, az-Zukhruf, ad-Dukhān... ini semua adalah apa-apa yang diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla di Makkah. Semuanya berjumlah 86 surah; kemudian menurunkan di Madinah....”
Sejalan dengan ini, at-Tirmiżiy (w. 279 H.) dalam kitabnya yang terkenal dengan Sunan at-Tirmiżiy membuat bab (fasal/subbab) dengan judul ‘az-Zukhruf’ di bawah kitab (bab) tentang tafsir Al-Qur’an (at-Tirmiżiy, 1975). Demikian pula dengan an-Naḥḥās (w. 338 H.) dalam kitabnya, an-Nāsikh wa al-Mansūkh, ada bab tentang sejumlah ayat yang di-mansukh dalam surah ke-43 ini dengan sebutan surah az-Zukhruf (an-Naḥḥās, 408 H.). Abu ‘Amr ad-Dāniy (w. 444 H.) dalam kitabnya al-Bayān fī ‘Addi āy Al-Qur’ān menyebutkan surah ini dengan nama az-Zukhruf sebanyak 4 kali (ad-Dāniy, 1994), padahal, sebagaimana akan disebutkan pada bagian selanjutnya, dia juga menukil riwayat yang menyebutkan surah ini dengan nama lain.
Adapun sebab penamaan surah ini dengan az-Zukhruf adalah penyebutan kata zukhruf dalam ayat 35 dari surah ini yang secara makna masih berkaitan dengan dua ayat sebelumnya. Ayat-ayat itu adalah:
وَلَوْلَآ اَنْ يَّكُوْنَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً لَّجَعَلْنَا لِمَنْ يَّكْفُرُ بِالرَّحْمٰنِ لِبُيُوْتِهِمْ سُقُفًا مِّنْ فِضَّةٍ وَّمَعَارِجَ عَلَيْهَا يَظْهَرُوْنَۙ ٣٣ وَلِبُيُوْتِهِمْ اَبْوَابًا وَّسُرُرًا عَلَيْهَا يَتَّكِـُٔوْنَۙ ٣٤ وَزُخْرُفًاۗ وَاِنْ كُلُّ ذٰلِكَ لَمَّا مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَالْاٰخِرَةُ عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُتَّقِيْنَ ࣖ ٣٥ ( الزخرف)
Seandainya bukan karena (Kami tidak menghendaki) manusia menjadi satu umat (yang kufur), pastilah sudah Kami buatkan bagi orang-orang yang ingkar kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, loteng-loteng rumah mereka dan tangga-tangga yang mereka naiki dari perak. Dan, bagi rumah-rumah mereka (Kami buatkan) pintu-pintu (perak) dan dipan-dipan tempat mereka bersandar. Dan, (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan dari emas. Semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan hidup dunia, sedangkan (kenikmatan hidup) akhirat di sisi Tuhanmu (dikhususkan) bagi orang-orang bertakwa. (Surah az-Zukhruf/43: 32-35)
Kata zukhruf sebenarnya tidak hanya disebutkan dalam surah ini saja, tetapi juga disebutkan dalam surah al-An‘ām/6 ayat 112, Yūnus/10 ayat 24, dan al-Isrā’/17 ayat 93. Akan tetapi, yang membedakan penyebutannya dalam surah ini adalah adanya penegasan bahwa zukhruf (hiasan) serta beberapa hal yang disebutkan sebelumnya merupakan ‘kesenangan hidup dunia’ sedangkan kenikmatan hidup di akhirat akan dikhususkan bagi orang-orang bertakwa. Dalam surah Yūnus dan al-Isrā’ kata zukhruf sebenarnya juga disebutkan untuk menunjuk kesenangan duniawi tetapi tidak disertai pernyataan tegas dan tersurat bahwa hal itu merupakan kesenangan duniawi. Dengan demikian surah ini lebih layak menyandang nama ini daripada surah-surah lain. Al-Mahaimiy menyatakan, “Dinamakan begitu karena ada ayatnya yang menunjukkan bahwa dunia ini dipandang dari zatnya sendiri amatlah hina, hanya layak untuk musuh-musuh Allah, dan ini merupakan salah satu tema terbesar al-Qur’an.” (Al-Mahaimiy, tt.)
Nama Lain
Selain az-Zukhruf surah ini juga dinamakan dengan ḥāmīm az-Zukhruf, yakni dengan penambahan kata ḥāmīm sebelum az-Zukhruf. Sebagaimana diketahui ḥāmīm adalah kata pembuka bagi surah ini. Penamaan ini antara lain dapat ditemukan dalam pernyataan Ibnu Abbas berdasarkan riwayat Ibnu Mardawaih yang dinukil oleh as-Suyūṭiy (w. 911 H.) dalam kitab tafsirnya yang berjudul ad-Durr al-Manṡūr. Dalam mukadimah tafsir surah ke-43 ini, as-Suyūṭiy menyebutkan:
أخرج ابْن مرْدَوَيْه عَن ابْن عَبَّاس رَضِي الله عَنْهُمَا قَالَ: نَزَلَتْ بِمَكَّة سُوْرَةُ حم الزُخْرُف.
Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya dia berkata, “Turun di Makkah surah ḥāmīm az-Zukhruf.” (as-Suyūṭiy, tt.)
Selain itu, ad-Dāniy yang beberapa kali menyebutkan surah ini dengan nama az-Zukhruf saja juga pernah meriwayatkan daftar surah-surah yang diturunkan di Makkah dari Jabir bin Zaid, seorang tabiin tepercaya dan menyebutkan surah ke-43 ini dengan nama ḥāmīm az-Zukhruf. Terkait hal ini, dia mengatakan:
عَن جَابر بن زيد قَالَ أنزل على النَّبِي من الْقُرْآن أول مَا أنزل بِمَكَّة: اقْرَأ باسم رَبك الَّذِي خلق... ثمَّ حم السَّجْدَة ثمَّ حم الزخرف ثمَّ حم الدُّخان... (الخ) فَذَلِك مَا أنزل عَلَيْهِ بِمَكَّة خمس وَثَمَانُونَ سُورَة...
Dari Jabir bin Zaid, dia berkata, “Diturunkan kepada Nabi saw. dari Al-Qur’an: Iqra’ bismirabbikalladzī khalaq... kemudian Ḥāmīm as-Sajdah, Ḥāmīm az-Zukhruf, Ḥāmīm ad-Dukhān... (dst.) Itulah yang apa-apa yang diturunkan kepada beliau di Makkah. Jumlahnya 85 surah....” (ad-Dāniy, 1994)
Dalam kitab Dalā’il an-Nubuwwah, al-Baiḥaqiy juga meriwayatkan daftar serupa dari al-Hasan bin al-Hasan, yakni Hasan al-Baṣriy dan menyebut surah ini juga dengan nama Ḥāmīm az-Zukhruf (al-Baiḥaqiy, 1988).
Selanjutnya, dalam kitab (bab) tafsir Al-Qur’an, al-Bukhāriy membuat sebuah fasal (subbab) dengan judul Ḥāmīm az-Zukhruf saat menyebutkan hadis-hadis yang berkaitan tentang tafsiran surah ke-43 ini (al-Bukhāriy, tt.). Demikian pula dengan al-Wāḥidiy dalam tafsirnya (al-Wāḥidiy, 1994) yang menggunakan nama ini sebagai judul penafsirannya terhadap surah ini. Sedangkan Ibnu ‘Āsyūr pernah mengatakan dalam tafsirnya bahwa aṭ-Ṭabarsiy pernah meriwayatkan penamaan ini dari Imam al-Baqir (Ibnu ‘Āsyūr, 1984).
Terakhir, di atas telah disebutkan bahwa pada satu sisi ad-Dāniy menyebutkan surah ke-43 ini dengan nama az-Zukhruf sebanyak 4 kali, lalu di sisi lain juga menukil sebuah riwayat yang menyebutkan surah ini dengan nama Ḥāmīm az-Zukhruf. Dari sini dapat diambil kesan bahwa kedua nama ini sama-sama lazim digunakan. Atau, boleh jadi nama lengkapnya Ḥāmīm az-Zukhruf sedangkan nama pendeknya adalah az-Zukhruf saja. Hal ini berlaku juga untuk surah-surah lain yang dibuka dengan kata Ḥāmīm yaitu: Gāfir, Fuṣṣilat, asy-Syūrā, az-Zukhruf, dan ad-Dukhān. Wallahu A‘lam. [Salim]