Surah yang berada pada urutan ke-6 dalam susunan surah pada mushaf Al-Qur’an dinamakan dengan al-An‘ām. Nama ini digunakan oleh Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia (MSI) dan beberapa mushaf dari luar negeri seperti mushaf dari Maroko, Tunisa, Libia, Mesir, Arab Saudi, dan Pakistan.
Al-An‘ām adalah satu-satunya nama untuk surah ke-6 ini(Nāṣir 2005). Karena itulah, semua mushaf menggunakan nama yang sama. Tidak ada perbedaan di antara mushaf-mushaf tersebut. Demikian juga dengan berbagai kitab tafsir dan hadis.
Nama al-An‘ām digunakan untuk nama surah ini karena banyak berbicara mengenai hukum-hukum terkait hewan ternak. Surah ini juga membahas tentang hubungan hewan ternak tersebut dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat jahiliah. Di antara tradisi itu ialah penghalalan atau pengharaman hewan ternak yang didasarkan pada keinginan dan tradisi kuno mereka. Penghalalan dan pengharaman itu dimaksudkan untuk mendekatkan diri pada berhala. Surah ini turun sebagai penolakan terhadap tradisi tersebut.
Kata al-an‘ām tidak hanya terdapat dalam surah ke-6 ini karena penyebutannya tersebar dalam banyak surah. Namun demikian, kata al-an‘ām paling banyak disebut dalam surah ini, yaitu sebanyak 6 kali yang tersebar pada ayat 136, 138 (3 kali), 139, dan 142 (‘Abd al-Bāqiy 1364). Penjelasan terperinci mengenai binatang ternak juga hanya ada dalam surah al-An‘ām, yaitu ayat 142-144. Penamaan dengan tema atau kata yang masyhur ini, menurut as-Suyūṭiy ( 2008), merupakan salah satu kebiasaan yang digunakan orang Arab dalam memberikan nama sesuatu.
Nama al-An‘ām sudah digunakan Nabi saw ketika menyebut surah ini. Hal ini terlihat dari sabdanya yang dinukil at-Tabraniy dalam kitab hadisnya, al-Mu’jam as-Sagir.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَزَلَتْ عَلَيَّ سُورَةُ الْأَنْعَامِ جُمْلَةً وَاحِدَةً يُشَيِّعُهَا سَبْعُونَ أَلْفِ مَلَكٍ لَهُمْ زَجَلٌ بِالتَّسْبِيحِ وَالتَّحْمِيدِ
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Surah al-An‘ām turun kepadaku sekaligus dalam satu surah dan dikawal oleh tujuh puluh ribu malaikat yang melantunkan dengan riuh tasbih dan tahmid.”
Terdapat juga riwayat lainnya dari an-Naḥḥās dalam Ma‘āniy Al-Qur’ān yang menguatkan bahwa Nabi saw. sudah menyebut nama surah ini secara langsung.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَزَلَتْ سُورَةُ الْأَنْعَامِ مَعَهَا مَوْكِبٌ مِنَ الْمَلَائِكَةِ سَدَّ مَا بَيْنَ الْخَافِقَيْنِ لَهُمْ زَجَلٌ بِالتَّسْبِيحِ وَالْأَرْضُ لَهُمْ تَرْتَجُّ. وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Anas bin Mālik meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “ Surah al-An‘ām turun diringi oleh arak-arakan malaikat yang jumlahnya menutupi arah timur dan barat, mereka melantunkan tasbih dengan riuh sehingga bumi tertutup olehnya.” Rasulullah lalu mengucapkan, “Subḥāna Rabbiy al-‘aẓīm (Mahasuci Allah yang Mahaagung),” sebanyak tiga kali.
Sesuai riwayat di atas, penamaan surah al-An‘ām bisa disimpulkan bersifat tauqifi. Sebab, penamaannya langsung diajarkan oleh Nabi saw, kepada para sahabatnya. Dengan demikian, nama al-An‘ām sudah populer di kalangan mereka. Beberapa sahabat yang menyebut nama surah al-al-An‘ām adalah ‘Umar ibn al-Khaṭṭāb, ‘Abdullāh ibn ‘Abbās, ‘Abdullāh ibn Mas‘ūd, Anas bin Mālik, Jābir ibn ‘Abdullāh, dan Asmā’ binti Yazīd bin as-Sakan (Ibnu ‘Āsyūr 1984). Berikut ini riwayat yang berasal dari para sahabat tersebut terkait penyebutan nama surah al-An‘ām.
- Perkataan ‘Umar ibn al-Khaṭṭāb sebagaimana diriwayatkan ad-Dārimiy dalam Musnad-nya
الْأَنْعَامُ مِنْ نَجَائِبِ الْقُرْآنِ.
Al-An‘ām adalah bagian dari keutamaan Al-Qur’an.
- Perkataan Ibnu ‘Abbās sebagaimana diriwayatkan Abū ‘Ubaid dalam Faḍā’il Al-Qur’ān, Ibnu aḍ-Ḍurais dalam Faḍā’il Al-Qur’ān, dan aṭ-Ṭabrāniy dalam Al-Mu‘jam Al-Kabīr
نَزَلَتْ سُورَةُ الْأَنْعَامِ بِمَكَّةَ لَيْلًا جُمْلَةً، وَنَزَلَ مَعَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجْأَرُونَ حَوْلَهَا بِالتَّسْبِيحِ.
Surah al-An‘ām turun di Mekkah pada suatu malam dalam jumlah yang utuh. Turun juga bersamanya 70 ribu malaikat yang melantunkan tasbis di sekitarnya.
- Perkataan Ibn Mas’ud sebagaimana diriwayatkan Ibnu Mardawaih
عَن ابْن مَسْعُود قَالَ: نزلت سُورَة الْأَنْعَام يشيعها سَبْعُونَ ألفا من الْمَلَائِكَة.
Ibnu Mas’ud bekata, “Surah al-An‘ām turun dengan diiringi 70 ribu malaikat.
- Perkataan Jābir ibn ‘Abdullāh sebagaimana diriwayatkan al-Ḥākim dalam al-Mustadrak
عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ سُورَةُ الْأَنْعَامِ سَبَّحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: لَقَدْ شَيَّعَ هَذِهِ السُّورَةَ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مَا سَدَّ الْأُفُقَ.
Jabir bercerita bahwa ketika surah al-An‘ām turun, Rasulullah saw membaca tasbih, kemudian bersabda, “Surah ini sungguh telah dikawal oleh para malaikat yang menutupi (memenuhi) cakrawala.”
- Perkataan Asmā’ binti Yazīd sebagaimana diriwayatkan Ibnu Mardawaih
عَن أَسمَاء بِنْتِ يَزِيدَ الْأَنْصَارِيَّةِ قَالَت: نزلت سُورَة الْأَنْعَام على النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم وَهُوَ فِي مسير فِي زجل من الْمَلَائِكَة وَقد نظموا مَا بَين السَّمَاء وَالْأَرْض.
Diriwayatkan dari Asma’ bahwa ia berkata, “Surah al-An‘ām turun kepada Nabi saw. ketika beliau sedang dalam perjalanan diiringi oleh lantunan (tasbih) para malaikat yang memenuhi apa yang ada antara langit dan bumi.
Jumhur ulama sepakat bahwa surah ke-6 dalam mushaf Al-Qur’an hanya al-An‘ām, tidak ada nama lain. Namun demikian, al-Fairūz’ābādiy memiliki berbeda pendapat. Dalam kitabnya, Baṣā’ir, al-Fairūz’ābādiy mengatakan bahwa selain al-An‘ām, surah ke-6 ini dinamakan juga dengan surah al-Ḥujjah karena ia terbatas berbicara tentang hujah kenabian. Selain itu, lanjut al-Fairūz’ābādiy, kata ḥujjah ini juga terulang dua kali dalam surah ini, yaitu dalam ayat 83 dan 149. Dua alasan ini digunakan al-Fairūz’ābādiy sebagai dasar pendapatnya. Ia tidak menguatkan pendapatnya ini dengan riwayat yang berasal dari Nabi saw maupun dari kalangan sahabat karena tidak terdapat riwayat dari mereka mengenai penamaan ini (Nāṣir 2005). [Jonni Syatri]