Nama al-Ḥajj digunakan sebagai nama surah ke-22 dalam mushaf Al-Qur’an. Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia dan mushaf dari berbagai negara Islam lainnya, seperti Mesir, Arab Saudi, Libya, Maroko, dan Pakistan juga menggunakan nama ini. Demikian pula dalam berbagai kitab tafsir dan hadis. Keseragaman ini sangat dimungkinkan karena surah ke-22 ini tidak mempunyai nama selain al-Ḥajj.
Menurut Ibnu ‘Āsyūr, surah ke-22 ini dinamakan dengan surah al-Ḥajj karena di dalamnya pada ayat 27 terdapat seruan untuk menunaikan ibadah haji melalui lisan Nabi Ibrahim. Dalam surah ini pada ayat 26-30 juga disebutkan syariat manasik haji seperti tawaf, wukuf, dan sai beserta keutamaan dan manfaat yang terdapat dalam ibadah ini. Walaupun berbicara tentang syariat haji, surah ini turun sebelum Allah menetapkan kewajiban haji bagi kaum muslimin. Kewajiban ibadah haji baru turun melalui ayat-ayat yang terdapat dalam surah al-Baqarah dan Ali Imran.
Nama surah al-Hajj sudah dikenal sejak zaman Rasulullah sehingga penamaannya ini dianggap tauqifiy. Hal ini disandarkan pada riwayat yang berpangkal pada sahabat ‘Uqbah ibn ‘Amir.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: «قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفُضِّلَتْ سُورَةُ الْحَجِّ عَلَى سَائِرِ الْقُرْآنِ بِسَجْدَتَيْنِ؟ قَالَ: نَعَمْ، وَمَنْ لَمْ يَسْجُدْهُمَا فَلَا يَقْرَأْهُمَا. (رواه الترمذي وأبو داود والحاكم).
‘Uqbah ibn ‘Āmir berkata, “Saya bertanya (kepada Nabi saw), ‘Wahai Rasulullah, apakah surah al-Ḥajj lebih diutamakan dibanding surah-surah Al-Qur’an lainnya karena terdapat dua sujud (tilawah)?’ Nabi menjawab, ‘Ya. Siapa yang tidak sujud pada keduanya, sebaiknya tidak membacanya.’” (Riwayat at-Tirmiżiy, Abū Dāwud, dan al-Ḥākim).
Dalam riwayat di atas, walaupun kata al-Ḥajj bukan sabda Rasulullah secara langsung, namun nama surah itu digunakan sahabat ‘Uqbah ibn ‘Āmir untuk bertanya kepada Nabi saw. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa penamaan surah ini dengan al-Ḥajj mendapat persetujuan dari Nabi saw.
Terdapat juga riwayat lain dari sahabat yang menguatkan riwayat di atas. Di antaranya adalah riwayat yang berasal dari ‘Amr ibn al-‘Āṣ.
عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْرَأَهُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَجْدَةً فِي الْقُرْآنِ مِنْهَا ثَلَاثٌ فِي الْمُفَصَّلِ، وَفِي سُورَةِ الْحَجِّ سَجْدَتَانِ. (رواه أبو داود وابن ماجة)
Diriwayatkan dari ‘Amr ibn al-‘Āṣ bahwa Rasulullah saw. membacakan kepadanya 15 bacaan sajadah dalam Al-Qur’an. Tiga di antaranya terdapat dalam surah al-mufassal. Dalam surah al-Ḥajj terdapat dua bacaan sajdah. (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Ada juga riwayat yang berasal dari Umar ibn al-Khattab.
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ «قَرَأَ سُورَةَ الْحَجِّ فَسَجَدَ فِيهَا سَجْدَتَيْنِ، ثُمَّ قَالَ: إِنَّ هَذِهِ السُّورَةَ فُضِّلَتْ بِسَجْدَتَيْنِ. (رواه مالك بن أنس)
‘Umar bin al-Khaṭṭāb membaca Surah al-Ḥajj lalu dia sujud (selama membaca surah tersebut) dua kali. Kemudian berkata, “Sesungguhnya surah ini diutamakan (dari surah yang lain) dengan dua ayat sajdah.” (Riwayat Mālik bin Anas)
Demikian penjelasan mengenai penamaan al-Ḥajj untuk ke-22 dalam urutan mushaf Al-Qur’an. Penggunaan nama ini mendapat persetujuan dari Nabi saw. dan juga dikenal di kalangan para sahabat. Mereka tidak berbeda pendapat dalam penamaan tersebut. [Jonni Syatri]