Surah ke-14 dalam urutan mushaf dinamakan dengan Ibrāhīm. Nama ini digunakan dalam mushaf Al-Qur’an standar Indonesia dan mushaf-mushaf lainnya dari berbagai negara Islam seperti Mesir, Maroko, Tunisia, Libia, Arab Saudi dan Pakistan. Keseragaman nama ini sangat dimungkinkan karena tidak dikenal nama lain bagi surah ke-14 ini.
Penamaan Ibrāhīm pada surah ke-14 ini bertujuan untuk membedakannya dengan beberapa surah lainnya yang sama-sama dimulai dengan tiga huruf Alif Lām Rā’. Untuk membedakannya, surah-surah tersebut dinamai dengan nama nabi yang kisahnya terdapat di dalamnya atau nama tempat nabi itu diutus. Salah satunya adalah surah Ibrahim ini. Quraish Shihab menjelaskan dalam kitab tafsirnya, al-Mishbah, bahwa karena dibuka dengan ketiga huruf tersebut dan terdapat kisah Nabi Ibrahim di dalamnya, surah ini lalu dinamai dengan surah Ibrāhīm, walaupun kisah Nabi Ibrahim juga disebut dalam beberapa surah lain dalam Al-Qur’an.
Menurut Ibnu ‘Āsyūr, tidak terdapat riwayat yang maqbūl (dapat diterima) dari Nabi maupun sahabat yang dapat dijadikan dasar penamaan surah Ibrahim. Penamaan ini hanya bersandar pada beberapa riwayat lemah yang berasal dari kalangan sahabat seperti Ibnu ‘Abbās, Ibnu Zubair, dan ‘Ikrimah. Riwayat-riwayat ini menjelaskan periodesasi penurunan Al-Qur’an. Dalam riwayat tersebut, para sahabat menggunakan nama Nabi Ibrahim sebagai salah satu nama surah Al-Qur’an.
Beberapa riwayat yang menyebut nama surah Ibrāhīm adalah sebagai berikut:
- Riwayat an-Naḥḥās dalam kitab an-Nāsikh wa al-Mansūkh
عَن ابْن عَبَّاس - رَضِي الله عَنْهُمَا - قَالَ: سُورَةُ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ نَزَلَتْ بِمَكَّةَ سِوَى آيَتَيْنِ نَزَلَتَا بِالْمَدِينَةِ وَهُمَا: {أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِيْنَ بَدَّلُوْا نِعْمَةَ اللهِ كُفْرًا} إِلَى آخِرِ الْآيَتَيْنِ نَزَلَتَا فِي قَتْلَى بَدْرٍ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ.
Ibnu ‘Abbās berkata, “Surah Ibrāhīm turun di Mekah kecuali dua ayat di antaranya turun di Madinah, yaitu firman Allah: alam tara ilal-lażīna baddalū ni’matallāhi kufran... hingga akhir ayat 29. Keduanya turun berkaitan dengan korban perang Badr dari pihak orang-orang musyrik.”
- Riwayat Ibnu Mardawaih dari Ibnu Zubair, sebagaimana dikutip oleh as-Suyūṭiy dalam kitab tafsirnya.
عَن ابْنِ الزُّبَيْرِ - رَضِي الله عَنهُ - قَالَ: نَزَلَتْ سُوْرَةُ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَام بِمَكَّة.
Ibnu Zubair berkata, “Surah Ibrahim turun di Makkah.”
- Riwayat al-Baihaqiy dalam kitab Dalā’il an-Nubuwwah
عَنْ عِكْرِمَةَ وَالْحَسَنِ بْنِ أَبِي الْحَسَنِ قَالَا: "أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْقُرْآنِ بِمَكَّةَ: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ وَن وَالْمُزَّمِّلَ... ونوح وَإِبْرَاهِيمَ....
‘Ikrimah dan al-Ḥasan bin Abī al-Ḥasan berkata, “Allah menurunkan (surah-surah) Al-Qur’an di Makkah: Iqra’ bismi Rabbikal-Lażī Khalaq, Nūn wa al-Qalam, al-Muzzammil,... Nūḥ, Ibrāhīm,....
Sesuai penjelasan di atas, penamaan surah Ibrahim dapat dikategorikan sebagai tauqīfiy karena nama ini sudah cukup dikenal di kalangan sahabat dan mereka tidak berbeda pendapat dalam penamaan itu. Walaupun tidak terdapat riwayat yang terhubung langsung ke[ada Nabi saw. namun, kesepakatan sahabat ini bisa menjadi dasar untuk menyatakan bahwa penamaan ini bersifat tauqīfiy. [Jonni Syatri]