Penetapan dalam Mushaf
Surah Gafir merupakan surah yang ke 40 dalam susunan mushaf Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 85 ayat dan masuk dalam kategori surah Makkiyah. Nama Gafir digunakan pada Mushaf Standar Indonesia (MSI) dan juga mushaf terbitan negara lainnya, seperti Mesir, Medinah, Maroko, dan Libya. Pakistan di dalam mushafnya menamai surah ini dengan nama surah al-Mu’min.[1] MSI sebelumnya juga menamai surah ini dengan nama al-Mu’min, namum melalui Sidang Pleno yang dilakukan tahun 2007, nama tersebut dirubah menjadi Gafir.[2] Selain digunakan pada sejumlah mushaf, nama Gafir digunakan pada sebagian besar kitab, dan sebagian lainnya menggunakan nama al-Mu’min.
Sebab Penamaan dan Dasar Penetapan
Surat Ghafir terdiri atas 85 ayat termasuk kelompok surat Makkiyah. Dinamakan Gafir (yang mengampuni) karena ada hubungannya dengan kalimat yang terdapat pada ayat 3 surah ini. Ayat ini mengingatkan bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat, dan ini adalah termasuk dari sifat-sifat Allah. Oleh karena itu hamba-hamba Allah tidak perlu terlalu risau terhadap perbuatan-perbuatan dosa yang telah terlanjur dilakukan karena semuanya itu akan diampuni Allah asal benar-benar memohon ampun dan bertaubat.[3] Selain itu, surah ini juga memuat pembahasan lain seperti tauhid, hari kebangkitan, hingga tentang wahyu dan risalah.[4]
Nama Gafir digunanakan karena inilah nama yang banyak digunakan pada sejumlah mushaf Al-Qur’an di dunia, khususnya di kawasan Magrib.[5] Sejumlah kitab-kitab tafsir juga menamakan surah ini dengan nama Gafir. Tidak ada keterangan yang jelas, baik dari Nabi maupun dari sahabat terkait dengan nama Gafir pada surah ini.[6] Sayid Ismail dalam kitabnya juga mengatakan tidak ada Riwayat yang menjelaskan Gafir, namun nama ini banyak dipakai pada sejumlah mushaf.[7]
Nama Lain
Al-Mu’min
Selain itu, surah ini dinamakan pula al-Mu’min (orang yang beriman) karena terdapat lafadz Mu’min pada ayat 28 di surah ini. Mu’min pada ayat ini diterangkan bekenaan dengan salah seorang dari kaum Firaun telah beriman kepada nabi Musa dengan menyembunyikan imannya kepada kaumnya setelah mendengar keterangan dan melihat mukjizat yang ditunjukkan oleh Nabi Musa. Hati kecil orang ini mencela Firaun dan kaumnya yang tidak mau beriman kepada nabi Musa sekalipun telah dikemukakan keterangan dan mukjizat yang mereka minta.[8] Penamaan al-Mu’min juga disebutkan oleh sejumlah ulama seperti as-Suyuthi dalam al-Itqan.[9] Ibnu ‘Asyur juga menamai surah ini dengan nama al-Mu’min.[10]
Diantara Riwayat yang menjelaskan tentang nama al-Mu’min adalah hadis yang bersumber dari Abu Hurairah,
عن ابي هريرة قال: قال رسول الله عليه وسلم : مَنْ قَرَأَ حم المُؤْمِنَ اِلىَ "اِلَيْهِ الْمَصِيْرُ" وَاَيَةَ اْلكُرْسَيِّ حِيْنَ يُصْبِحُ حُفِظَ بِهِمَا حَتَّى يُمْسِيَ وَمَنْ قَرَأَ حِيْنَ يُمْسِي حُفِظَ بِهِمَا حَتَّى يُصْبِحَ. (رواه الترميذي)
Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, Nabi bersabda, “Barangsiapa yang membaca ‘ha mim al-mu’min’ sampai ayat ilaihil-masiri, dan ayat Kursiy saat subuh, maka dia akan dijaga oleh keduanya sampai malam hari, dan barang siapa yang membacanya pada malam hari, maka dia akan dijaga hingga pagi hari.” (Riwayat at-Tirmizi)
Dalam riwayat ibnu ‘Abbas juga dikatakan,
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال نزلت حم المؤمن بمكة.
Ibnu ‘Abbas ra berkata, ‘Surah ha mim al-Mu’min diturunkan di Makkah.’
Para ulama seperti Imam Bukari dan at-Tirmizi menamai surah ini dengan nama al-Mu’min. Sejumlah mushaf di kawasan masyriq juga menamai surah ini dengan nama al-Mu’min.[11]
At-Taul
Surah ini dinamakan juga surah at-Taul, bermakan at-tafadulu, yang berarti karunia atau keutamaan. Penamaan tersebut diambil dari ayat ketiga surah ini (zi at-tauli). Nama ini bisa dilihat setidaknya pada dua mushaf yaitu mushaf yang ditulis pada tahun 800 H, dan mushaf yang ditulis pada masa Usman di Islamabul. Nama at-taul juga dipakai pada sejumlah kitab seperti tafsir Ibnu Jauzi, al-Qurtubi, as-Syaukani, al-Alusi, al-Biqa’i, al-Fairuzabadi, dan al-Qosimi. As-Suyuti juga mencantumkan nama ini dalam kitabnya.[12] Namun demikian, tidak ada riwayat dari Nabi maupun sahabat berkaitan dengan penetapan nama ini.
Ha Mim al-Ula
Nama ini diberikan oleh al-Fairuzabadi dalam kitabnya, al-Basair. Alasannya adalah karena surah ini merupakan surah yang pertama dimulai dengan ha mim dalam mushaf Al-Qur’an. Namun demikian, hanya ijtihadi, karena tidak memiliki sandaran Riwayat.[13]
[1] Mushaf Pakistan, Qur’an Karim, Pakistan: Noor Hidayah, 2010, hlm. 315.
[2] Mushaf Standar Indonesia (MSI) sebelumnya memang menggunakannama al-Mu’min, karena mushaf yang menjadi bahan rujukan dalam penetapan MSI adalah mushaf Bombay yang menamai surah ke-40 ini dengan nama al-Mu’min. Mushaf Turki cetakan awal juga menggunakan nama al-Mu’min pada surah ini.
[3] Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 8, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010, hlm. 491.
[4] Muhammad Ali as-Shabuni, Ijazul Bayan fi Suwaril-Qur’an, Maktabah al-Ghazali, hlm. 164.
[5] Tahir Ibnu ‘Asyur, Tafsir at-Tahrir wat-Tanwir, Juz 24, hlm. 75.
[6] Muniroh Muhamad Nasir ad-Dusari, Asma’ Suwaril-Qur’an wa Fadai’iluha, Beirut: Dar Ibnul Jauzi, 1426 H, hlm. 348.
[7] Sayid Ismail Ali Sulaiman, al-Kasyfu wal-Bayan anit-Tauqifi fi Asma’ Suwaril-Qur’an, Al-Azhar: Matbaah al-Husain al-Islamiyah, 1997, h. 181.
[8] Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 8, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010, hlm. 491
[9] Jalāl ad-Dīn al Suyūṭiy, Al-Itqān fī ‘Ulūm Al-Qur’ān (Beirut: Mu’assasah ar-Risālah Nāsyirūn, 2008). h. 123.
[10] Tahir Ibnu ‘Asyur, Tafsir at-Tahrir wat-Tanwir, Juz 24, hlm. 75.
[11] Tahir Ibnu ‘Asyur, Tafsir at-Tahrir wat-Tanwir, Juz 24, hlm. 75.
[12] Muniroh Muhamad Nasir ad-Dusari, Asma’ Suwaril-Qur’an wa Fadai’iluha, Beirut: Dar Ibnul Jauzi, 1426 H, hlm. 351.
[13] Muniroh Muhamad Nasir ad-Dusari, Asma’ Suwaril-Qur’an wa Fadai’iluha, Beirut: Dar Ibnul Jauzi, 1426 H, hlm. 352.