Hadiri Sidang Penyusunan Kamus Kosakata Al-Qur’an, Kepala LPMQ Tekankan Kesahihan Substansi

Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) Muchlis M. Hanafi berulang kali menekankan pentingnya para penulis memastikan kesahihan substansi tulisan. Penyataan itu ia sampaikan dalam kegiatan Kajian dan Penyusunan Kamus Kosakata Al-Qur’an di Bekasi, hari Senin (21/9) malam hari.

“Setiap penulis harus menverifikasi ulang data dengan sumber lainnya, utamanya dalam penyebutan sumber-sumber Israiliyyat, nama, tahun, dan penerjemahan hadis,” ungkapnya di hadapan tim penulis dan para peserta kegiatan, baik yang mengikuti secara langsung maupun melalui zoom meeting.

“Penggunaan sumber-sumber Israiliyyat sebisa mungkin harus dihindari, bila terpaksa harus dipakai, maka harus dibandingkan dengan sumber-sumber rujukan lainnya,” jelas Muchlis menambahkan.

Dalam makalah dengan tema ‘Nabi Ayyub’, disebutkan, Nabi Ayyub menderita penyakit kulit yang sangat parah, kulitnya terkelupas hingga menyisakan tulangnya saja. Menurut Muchlis, data seperti ini harus ditimbang ulang dan dibandingkan dengan data lainnya agar tidak menimbulkan pertanyaan pembaca. Apakah dengan dampak penyakit yang separah itu, Nabi Ayyub masih bisa hidup? Bagaimana dengan tugas dakwahnya? Dan sebagainya. Selain itu, data dari sumber Israiliyat seperti ini juga bertentangan dengan ishmatul ambiya atau perlindungan dari Allah SWT kepada para Nabi agar tidak berbuat salah, khilaf dan dosa dalam menyampaikan wahyu dan risalah agama, mampu mengemban amanah sebaik-baiknya dan sanggup mengaplikasikan ajaran agama dengan penuh tanggung jawab dan terhindar dari sifat tercela dalam kehidupan sehari-hari.

Begitu juga perihal penulisan nama nabi, nasabnya, atau kisah yang diperdebatkan dalam hidup mereka, setiap penulis diharuskan merujuk lebih dari satu sumber primer sebagai data pembanding dan memilih pendapat terkuat untuk menghindari kesalahan. Seperti urutan nasab Nabi Ayyub yang sering kali ada perbedaan data, siapa pemberi nama Ishaq, apakah Allah atau dari orang tuanya? Siapakah putra  Nabi Ibrahim yang disembelih, Nabi Ismail atau Nabi Ishaq?

“Selain memastikan kesahihan nama, yang tidak kalah penting adalah penulisan transliterasinya dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia. Penulisannya harus cermat. Jangan sampai sumber yang dipakai adalah sumber dari mulut ke mulut,” sambungnya.

Meskipun memaklumi, karena karya ini ditulis oleh beberapa orang penulis, Muchlis mengingatkan agar setelah semua tulisan selesai dibahas, sebelum buku ini diterbitkan, harus dibaca ulang dan diselaraskan oleh seorang editor yang handal, agar buku ini enak dibaca. “Karena penulisnya banyak, wajar ada gaya penulisan yang berbeda penulisan. Untuk itu, perlu ada penyelaras bahasa yang kuat supaya alur bahasanya mengalir dan tidak terlalu berbeda-beda,” tukasnya. [bp] 

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved