Pentashih Mushaf Al-Qur’an tidak hanya dituntut mentashih mushaf Al-Qur’an untuk orang awas (melihat), namun juga harus bisa mentashih mushaf Al-Qur’an Braille. Sebab, kebutuhan akan mushaf Al-Qur’an tidak hanya diperuntukan bagi orang muslim yang awas atau melihat namun juga menjangkau semua kalangan tak terkecuali teman-teman disabilitas netra.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) mengirim pentashih mushaf Al-Qur’an guna mendalami selak beluk membaca dan menulis tulisan Arab Al-Qur’an menggunkan huruf Braille. Pendalaman materi Braille ini dilakukan dalam acara peningkatan kompetensi SDM Pentashih mushaf Al-Qur’an yang dilaksanakan di Yaketunis Jogjakarta, 12 – 14 Juli  2022.

Salah satu kunci menguasai tulisan Braille adalah dengan cara menuliskannya secara berulang dengan cepat. Cara ini bisa membuat orang cepat hafal karena dilakukan berulang-ulang. “Salah satu kunci mempelajari huruf Braille adalah dengan cara menuliskan semua huruf di kertas berulang-ulang, sebab dengan cara tersebut orang akan cepat hafal dan mengerti kode-kode Braille yang digunakan untuk masing-masing huruf hijaiyah.”

Selain materi, pada pelatihan ini peserta juga diberikan tugas untuk menulis sejumlah ayat dalam Al-Qur’an menggunakan huruf Braille, mulai dari lafadz yang pendek hingga menuliskan surah Al-Fatihah secara utuh menggunakan huruf arab Braille.

Bertindak sebagai pemateri pada acara ini adalah H. Najamudin, H. Wiyoto, dan Ali Afandi dari Yaketunis. Acara ini diikuti oleh seluruh pentashihan mushaf Al-Qur’an, baik pentashih tingkat muda maupun tingkat madya. Materi ini sengaja diberikan karena penguasaan terhadap Braille menjadi bagian dari kompetensi yang harus dikuasai oleh para pentashih. [Must]