ṢĀLIḤ

Ṣāliḥ (Saleh) adalah nama salah satu nabi dan rasul yang disebut dalam Al-Qur’an. Kata Ṣāliḥ merupakan bentuk isim fail dari kata ṣād-lām-ḥā’ (ص – ل – ح/dibaca ṣalaḥa atau ṣaluḥa) dalam bahasa Arab yang bermakna baik, kebalikan dari fasad (kacau atau rusak). Kata ini berasal dari Arab pertama (kuno) dan akar katanya tersebar dalam berbagai bahasa Semit. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya lafaz dan makna yang sama dalam bahasa Ibrani dan Aramaik. Dalam bahasa Aramaik, nama Nabi Ṣāliḥ adalah Ṣālīḥ (صاليح/dengan memanjangkan bunyi kasrah lam). Seiring berjalannya waktu, pengucapan Ṣāliḥ berubah seperti yang pengucapan orang Arab ketika Al-Qur’an turun.

Nabi Ṣāliḥ memiliki nama lengkap Ṣāliḥ bin ‘Ubaid bin Āsif bin Māsah bin ‘Ubaid bin
Ḥāżir bin Ṡamūd bin ‘Āmir bin Iram bin Sām bin Nūḥ dan diperkirakan hidup sekitar tahun 2100 SM. Dari silsilah ini dapat diketahui bahwa Nabi Ṣāliḥ masih keturunan Nabi Nūḥ melalui anaknya yang bernama Sām. Nabi Ṣāliḥ merupakan rasul yang diutus Allah kepada kaum Ṡamūd yang tinggal di sebuah wilayah yang disebut dengan Ḥijr. Nabi Ṣāliḥ sendiri juga berasal dari kaum Ṡamūd (al-A‘rāf/7: 73, Hūd/11: 61, asy-Syu‘arā’/26: 142, dan an-Naml/27: 45).

Walaupun nama Nabi Ṣāliḥ merupakan kata bahasa Arab, hal ini tidak bermakna bahwa ia termasuk bangsa Arab keturunan Nabi Ismail. Nabi Ṣāliḥ berasal dari suku bangsa Aramaik yang merupakan keturunan pengikut Nabi Hud yang selamat dari azab Allah.

Akan tetapi, sebagian ulama, seperti al-Khaṭīb al-Bagdādiy dan al-Qurṭubiy, berpendapat bahwa Nabi Ṣāliḥ termasuk bangsa Arab Bā’idah seperti kaum ‘Ād dan Jadīs. Murtadha az-Zabidiy (w. 1205 H) mendukung pendapat ini dengan menukil riwayat dari Nabi saw yang berkata, “Terdapat lima orang nabi dari bangsa Arab, yaitu: Muhammad, Ismail, Syu’aib, Ṣāliḥ, dan Hud.” Az-Zabidiy menambahkan bahwa kelima nabi di atas tinggal di Jazirah Arab dan berbicara dengan bahasa penduduknya sehingga mereka adalah bangsa Arab.

 

Perlu untuk diketahui, kata bentukan dari صلح  dalam beragam bentuknya sangat banyak disebut dalam Al-Qur’an, termasuk kata ṣāliḥ yang bermakna ‘yang baik. Namun demikian, yang mengacu kepada nama Nabi Ṣāliḥ hanya sekitar 9 kali. Penyebutan nama Nabi Ṣāliḥ tersebar di beberapa surah, yaitu: al-A‘rāf/7: 73, 75, 77; Hūd/11: 61, 62, 66, 89; asy-Syu‘arā’/26: 142; dan an-Naml/27: 45. Selain itu, Nabi Ṣāliḥ juga disinggung dalam beberapa surah lainnya, namun penyebutannya diwakili oleh kata ganti ‘ḍamīr’ (al-Qamar/54: 23-31), al-mursalīn (al-Ḥijr/15: 80), dan  rasul Allah (asy-Syams/91: 11-15).

Dalam beberapa kelompok ayat tersebut, pembicaraan tentang Nabi Ṣāliḥ memiliki tema yang seragam, yaitu tentang dakwah Nabi Ṣāliḥ terhadap kaum Ṡamūd agar meninggalkan penyembahan berhala. Namun demikian, kaum Ṡamūd menolak dakwah Nabi Salih kecuali segelintir orang-orang miskin dan duafa. Kaum Ṡamūd malah menantang agar Nabi Ṣāliḥ menunjukkan mukjizat kenabiannya. Allah lalu mengirim unta yang keluar dari bukit batu sebagai mukjizat Nabi Ṣāliḥ. Kaum Ṡamūd tetap mengingkari dakwah yang disampaikan Nabi Ṣāliḥ bahkan menyembelih unta mukjizat tersebut. Allah lalu mengirimkan azab kepada kaum Ṡamūd akibat pembangkangan mereka. [JS]

 

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved