Al-Qur’an diturunkan sebagai kitab suci umat Islam. Kandungan ayat-ayatnya menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia. Umat Islam di seluruh penjuru dunia mempunyai kewajiban untuk memelihara dan menjaga kesuciannya. Banyak cara yang telah dilakukan umat Islam dalam rangka menjaga Al-Qur’an—salah satunya adalah dengan cara menghafal. Di Indonesia, lembaga-lembaga tahfizul Qur’an tersebar di berbagai daerah, di antaranya Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara.

KH Ahmad Umar lahir pada hari Sabtu Pahing, 5 Agustus 1916 dari pasangan KH Abdul Mannan dan Nyai Zaenab. Selain kepada orang tuanya, KH Ahmad Umar berguru kepada Prof. KH Mohammad Adnan (Den Kaji). Selanjutnya, ia masuk sekolah formal “Al-Islam” pimpinan Kiai Ghazali. Kemudian ia pindah ke Pondok Pesantren Termas, Arjosari, Pacitan, di bawah asuhan KH Dimyathi Abdullah. Di pesantren ini, saat usianya 15 tahun (1931—1934), KH Ahmad Umar berhasil menghafal Al-Qur'an 30 juz serta berteman dengan Kiai Abdul Hamid Pasuruan dan Kiai Muntaha Wonosobo.

Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal hampir genap berusia 15 tahun. Sudah puluhan bahkan ratusan ribu pengunjung menikmati berbagai koleksi ke-Qur’an-an maupun koleksi khazanah keislaman Nusantara yang disajikan. Tak pelak, pelayanan kepada pengunjung pun terus menerus ditingkatkan dari waktu ke waktu demi kenyamanan pengunjung.

KH Muntaha adalah putra KH Asy‘ari bin KH Abdurrahim bin K. Muntaha bin K. Nida Muhammad. Ibunya bernama Hj. Syafinah. Ia lahir pada 9 Juli 1912 di Kelurahan Kalibeber, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, dan wafat pada hari Rabu, 29 Desember 2004 dalam usia 92 tahun. Sampai akhir hayatnya KH Muntaha pernah mempersunting lima orang istri, yaitu Ny. Hj. Saudah dari Wonokromo Wonosobo, Ny. Hj. Maryam dari Parakan Temanggung, Ny. Hj. Maijan Jariyah Tohari dari Kalibeber, Ny. Hj. Hinduniyah dari Kalibeber Mojotengah, dan Ny. Hj. Sahilah dari Munggang Mojotengah.

KH Sa‘id Isma‘il bin KH Muhammad Isma‘il lahir di Mekah tahun 1891 dan wafat di Sampang, Madura, tahun 1954. Kedua orang tuanya berasal dari Madura, namun telah menjadi peduduk negeri Arab. Menurut silsilah keluarga, ayahnya merupakan keturunan ke-8 dari Sunan Bonang, keturunan ke-10 dari Sunan Ampel, dan keturunan ke-31 dari Rasulullah. Sedangkan ibunya adalah keturunan ke-15 dari Sunan Giri, dan keturunan ke-24 dari Rasulullah. Pada usia 10 tahun KH Sa‘id Isma‘il telah hafal Al-Qur'an yang dipelajarinya di Masjidil Haram. KH Sa‘id Isma‘il belajar baca-tulis Al-Qur'an kepada ayahnya, dan salah satu guru tahfiznya adalah Syekh ‘Abd Hamid Mirdad dari Mesir. Selain kepada ayahnya, ia pun belajar Al-Qur'an kepada buyutnya, KH Muhammad Muqri. Ilmu-ilmu lainnya mulai ia pelajari setelah menamatkan hafalan Al-Qur'an.

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved