Ada satu momen mengesankan pada majelis FGD pegawai LPMQ dengan Gus Baha’, Sabtu (1/11/2025) selumbari. Yaitu ketika Gus Baha’ curhat tentang sikapnya yang dikenal sebagai ulama sederhana tapi tidak mudah diundang kemana-mana. Hal ini menjadi hikmah berharga bagi pegawai LPMQ.
Gus Baha’ mengawali dengan menjelaskan betapa dinamisnya kehidupan manusia sebagai mahkluk sosial. “Manusia itu unik. Kepribadian, pemikiran dan kebiasaannya berbeda-beda, dan mereka menanggapi perbedaan itu dengan berbeda-beda pula.”
Kemudian ulama asal Rembang tersebut mengutip pidato Hasan bin Ali ketika menyerahkan kekuasaan pada Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Pendukung Hasan sendiri terpecah dua; Ada yang mendukung Hasan, dan ada yang malah kecewa dengan sikapnya.
“Urusan kekuasaan saya serahkan pada Mu’awiyah. Agar kaum muslimin tetap damai dan tak perlu menumpahkan darah”, tegas Hasan dalam pidatonya yang diakhiri dengan Q.S. Al-Anbiya/21: 111 berikut:
وَاِنْ اَدْرِيْ لَعَلَّهٗ فِتْنَةٌ لَّكُمْ وَمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ
"Aku tidak mengetahui (bahwa) boleh jadi hal itu merupakan cobaan dan kesenangan bagimu sampai waktu yang ditentukan."
Beranjak dari sini, Gus Baha’ menerangkan bahwa Al-Qur’an dalam membicarakan isu sosial seringkali menggunakan term yang mengindikasikan makna relatif dan dinamis. Seperti إن yang terdapat dalam ayat di atas عسى، لعل، dan sebagainya. Seolah memberi pesan bahwa dibalik fenomena sosial terdapat hikmah tersembunyi yang dapat dilihat dari berbagai sisi.
Bersama ayat Q.S. Al-Baqarah/2: 216 (menerangkan bahwa kadang ada sesuatu yang disangka buruk padahal baik, begitupula sebaliknya), Gus Baha’ menegaskan bahwa kedua ayat ini dapat menjadi dasar berlogika dalam menghadapi dinamika sosial.
Beliau lalu menceritakan alasannya jarang mau diundang acara. “Kalau ada saya, nanti kyai kampung di sana gak kebagian jatah.” Begitu pula contoh lain dari wujudnya ayat ini dalam kehidupan pada anekdot “istri cerewet”, ketika ada orang yang mempunyai istri cerewet tapi tak mau menceraikannya. “Kalau saya ceraikan nanti dia nikah lagi, orang lain kan repot”, ucap Gus Baha’ diiringi tawa ringan.
Hadirin pun ikut tertawa, termasuk ketika Gus Baha’ menyentil keadaan ekonomi para CPNS LPMQ. “Saya bangga, pemerintahan Indonesia diisi oleh penghafal Al-Qur’an. Walau gajinya masih 80%”, kelakar beliau.
“Oleh karena itu, hadapi semua dengan senang. Karena senang itu perintah Allah. Falyafrahū”, pesan Gus Baha’ setelah mengutip Q.S. Yūnus/10: 58. “Supaya himmah (semangat) hidup kita itu ilallāh (kepada Allah), wa lillāh (untuk Allah)”, tutup beliau.

