Untuk mengetahui tradisi mushaf dan aktivitas mengaji pada awal abad ke-19, khususnya di negeri Melayu (dalam hal ini Semenanjung Malaya), ada baiknya kita membaca catatan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Salah satunya ia catat dalam Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan. Edisi cetak batu kisah ini diterbitkan di Bandar Negeri Singapura, tahun 1254 H/1838 M. Dalam perjalanannya ke negeri Kelantan, ketika ia sampai di Pahang – seraya ia menyebutkan adanya rumah-rumah untuk belajar mengaji – bahwa kegiatan mengaji adalah “adat dalam segala negeri2 Melayu dalam dunia.” Kegiatan mengaji dilakukan sejak kecil. “Semuanya daripada kecilnya ia memulai mengaji Al-Qur’an,” meskipun “dengan tiada ia mengerti …”.

Hampir sama dengan bulan sebelumnya, Maret ini pengunjung Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dari kalangan siswa sekolah masih banyak berdatangan dalam rangka study tour. Tidak hanya didominasi siswa setingkat SD hingga SMU dan mahasiswa dari berbagai universitas, namun juga siswa setara TK/TPA bahkan PAUD dari beberapa daerah. Secara kuantitatif, jumlah pengunjung kategori anak-anak sedikit lebih banyak dibanding bulan Februari. Sedangkan pada pengunjung dewasa terjadi penurunan.

Taman Mini Indonesia Indah tak pernah sepi dari pengunjung. Baik wisatawan lokal maupun mancanegara senantiasa terlihat hilir mudik di berbagai wahana permainan, anjungan, dan juga museum-museum di TMII, tak terkecuali Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal (BQMI). Pada musim liburan sekolah sekitar bulan Juni-Juli atau Desember-Januari, biasanya pengunjung BQMI secara individu maupun rombongan mengalami lonjakan signifikan. Meski demikian, bukan berarti BQMI sepi pengunjung di luar musim liburan tersebut. Terbukti, sejak awal masuk sekolah akhir Januari lalu hingga saat ini, pengunjung dari kalangan siswa sekolah justru mulai banyak datang dalam rangka study tour.

Al-Qur’an diturunkan sebagai kitab suci umat Islam. Kandungan ayat-ayatnya menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia. Umat Islam di seluruh penjuru dunia mempunyai kewajiban untuk memelihara dan menjaga kesuciannya. Banyak cara yang telah dilakukan umat Islam dalam rangka menjaga Al-Qur’an—salah satunya adalah dengan cara menghafal. Di Indonesia, lembaga-lembaga tahfizul Qur’an tersebar di berbagai daerah, di antaranya Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara.

KH Ahmad Umar lahir pada hari Sabtu Pahing, 5 Agustus 1916 dari pasangan KH Abdul Mannan dan Nyai Zaenab. Selain kepada orang tuanya, KH Ahmad Umar berguru kepada Prof. KH Mohammad Adnan (Den Kaji). Selanjutnya, ia masuk sekolah formal “Al-Islam” pimpinan Kiai Ghazali. Kemudian ia pindah ke Pondok Pesantren Termas, Arjosari, Pacitan, di bawah asuhan KH Dimyathi Abdullah. Di pesantren ini, saat usianya 15 tahun (1931—1934), KH Ahmad Umar berhasil menghafal Al-Qur'an 30 juz serta berteman dengan Kiai Abdul Hamid Pasuruan dan Kiai Muntaha Wonosobo.

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved