Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI) terus berupaya memberikan layanan terbaik bagi para pengunjung dengan menyelenggarkan Forum Group Discussion (FGD) penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS), Selasa, 24 Juni 2025. Kegiatan ini menghadirkan lima perwakilan guru dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), hingga perguruan tinggi.
FGD ini bertujuan untuk merumuskan bentuk LKS yang tepat bagi pengunjung museum, khususnya pelajar yang selama ini menjadi mayoritas pengunjung BQMI. Sebelum sesi diskusi dimulai, seluruh peserta diajak menyusuri area museum untuk melihat secara langsung koleksi BQMI. Pendekatan ini diambil agar masukan yang diberikan peserta menjadi lebih konkret dan relevan terhadap pengalaman riil.
Adimas Bayumurti, fungsional pamong budaya BQMI, menyatakan bahwa penyusunan LKS ini berangkat dari aspirasi para pengunjung. “Salah satu yang selama ini kita identifikasi dari pengunjung museum adalah adanya permintaan semacam Lembar Kerja Siswa. Ini sudah mulai kami susun, dan FGD ini merupakan bagian dari proses untuk meminta masukan dari guru-guru yang merepresentasikan berbagai level pendidikan,” jelasnya.
Dalam forum tersebut, Sri Andayani, guru RA Uswatun Hasanah, menekankan pentingnya pendekatan visual dan audio dalam materi LKS untuk anak-anak usia dini. “Anak RA perlu sesuatu yang menarik, bersifat audio visual dan jangan panjang-panjang. Durasi sekitar 10 menit saja, tidak lebih. Materinya bisa tentang huruf hijaiyah dan cara membacanya dengan benar,” ujarnya.
Masukan berbeda datang dari Nur Baiti, guru MTsN 20 Jakarta Timur. Ia menyoroti pentingnya penyesuaian materi dengan jenjang pendidikan. “Ini perlu dipilah-pilah sesuai jenjangnya, dan perlu diperjelas tujuan dan turunannya,” tegasnya. Menurutnya, pendekatan yang seragam justru akan mengaburkan efektivitas pembelajaran.
Sementara itu, Sayyida Ali, guru dari SMK swasta di Jakarta, menyoroti rendahnya kemampuan literasi Al-Qur’an di kalangan siswa SMK. “Salah satu problem di SMK adalah anak-anak baca Al-Qur’an saja belum bisa. Semoga LKS yang disusun BQMI bisa menjadi penyemangat mereka untuk mulai belajar,” harapnya.
Ali Usman, akademisi dari perguruan tinggi, menyampaikan bahwa mahasiswa cenderung tertarik pada konten yang bersifat reflektif, analitis, dan historis. “Untuk mahasiswa, ada yang dari latar pesantren, ada yang dari MA, SMA, bahkan SMK. Mereka punya kemampuan yang berbeda-beda. Tapi secara umum, mereka tertarik pada kajian sejarah, kritik seni, refleksi konten, dan akses data koleksi,” jelasnya.