Jakarta, 29 September 2025 — Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) kembali menyelenggarakan Sidang Reguler Pentashihan ke-3 pada Senin (29/09) di Jakarta. Kegiatan ini dihadiri para pentashih dan narasumber yang membahas berbagai persoalan terkait qiraat dan naskah mushaf.

Ketua Tim Sidang Reguler, Dr. Fahrur Rozi, dalam pengantarnya menekankan pentingnya setiap pentashih memiliki pemahaman yang mendalam tentang ilmu qiraat. “Seorang pentashih tidak hanya memeriksa huruf dan tanda baca, tetapi juga harus memahami ragam qiraat agar dapat mendeteksi perbedaan dan memastikan ketepatan bacaan,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Dr. H. Agus Salim, Lc., M.A. hadir sebagai narasumber dengan materi Qiraah Asyrah Kubro. Ia menjelaskan bahwa setiap periwayat memiliki ciri khas masing-masing. “Warsy, misalnya, memiliki aturan tersendiri tentang bacaan ra, lam, dan mad badal. Adapun Hafs memiliki saktah khusus yang tidak dimiliki oleh Syubah,” paparnya di hadapan peserta.

Selain itu, Drs. Badri Yunardi turut membahas naskah mushaf milik Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) yang menurutnya masih memiliki sejumlah kekurangan. Hal ini menjadi perhatian penting agar ke depan naskah tersebut dapat disempurnakan sebelum diterbitkan secara lebih luas.

Kepala LPMQ, Dr. Abdul Aziz Shidqi, M.A., menegaskan kembali prinsip zero mistake dalam proses pentashihan. Ia juga menyampaikan bahwa dengan jumlah pentashih yang kini semakin banyak, LPMQ akan mempercepat proses tashih hingga 50 persen tanpa mengurangi kualitas. “Ketelitian tetap menjadi prioritas, meski proses kini bisa berjalan lebih cepat,” tandasnya.

Dengan diselenggarakannya sidang reguler ini, LPMQ berharap kualitas mushaf Al-Qur’an yang beredar di masyarakat tetap terjaga, serta para pentashih semakin terampil dalam memahami berbagai aspek qiraat dan penulisan mushaf.