Mahasiswa Pascatahfiz PPBQ Ikuti Workshop Pentashihan di LPMQ

Mahasiswa Pascatahfiz PPBQ Ikuti Workshop Pentashihan di LPMQ

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) memberikan layanan workshop pentashihan Al-Qur’an kepada mahasiswa Pesantren Pascatahfiz Bayt Al-Qur’an (PPBQ) Angkatan ke-34, Selasa (22/04/2025) di Jakarta Timur. Kali ini, peserta workshop berjumlah 33 orang mahasiswa.

Mengusung tajuk “Syakl dan Dhabt dalam Mushaf Al-Qur’an Cetak”, kegiatan ini menjadi bagian dari rihlah ilmiah rutin yang diselenggarakan oleh PPBQ. Dalam sambutannya, perwakilan PPBQ, Ust. Jauhari Abbas, menekankan pentingnya momen kunjungan ini bagi para mahasiswa.

“Di PPBQ kalian mendapatkan beragam teori dalam kajian ulumul Qur’an. Namun di sini, kalian menyaksikan langsung bagaimana teori tersebut diterapkan dalam praktik pentashihan mushaf. Ini adalah anugerah. Maka, gali ilmu sebanyak mungkin. Kapan lagi memperoleh kesempatan seperti ini?” ujar Jauhari dengan semangat di hadapan para peserta.

Sebagai narasumber utama dalam kegiatan ini, LPMQ menghadirkan Dr. Fahrur Rozi, MA, Fungsional Ahli Muda Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, yang sudah lama berkecimpung di dunia pentashihan. Dalam pemaparannya, ia menekankan bahwa ketelitian adalah kunci utama dalam proses pentashihan mushaf Al-Qur’an.

“Dalam mentashih Al-Qur’an, yang paling utama adalah ketelitian. Kita sudah punya pedoman, yaitu Mushaf Standar Indonesia (MSI). Namun, teks harus tetap dibaca dengan mata yang teliti. Yang dibaca adalah teks mushaf, bukan hafalan Al-Qur’an kita. Ini yang sering menjadi celah kelengahan bagi para hafiz yang juga menjadi pentashih,” ungkap Fahrur Rozi.

Ia juga mengingatkan bahwa MSI, yang dirumuskan sejak tahun 1984, kini menjadi pedoman penting untuk melayani lebih dari 300 penerbit mushaf Al-Qur’an di Indonesia. “Bayangkan kalau tidak ada MSI, kita akan kewalahan mentashih satu per satu mushaf. Maka kita harus berterima kasih kepada para ulama pendahulu kita yang telah menyusun MSI ini,” tambahnya.

Namun demikian, meski sudah ada MSI sebagai pedoman pentashihan, Fahrur menegaskan bahwa seorang pentashih tetap harus memiliki dasar ulumul Qur’an yang kuat. Hal ini penting, terutama ketika menghadapi perbedaan dalam aspek rasm, dhabt, maupun waqaf ibtida yang lazim ditemukan di berbagai mushaf dari belahan dunia yang berbeda.

“Syakl dan dhabt mushaf dari Madinah berbeda dengan mushaf Maroko, dan berbeda pula dengan mushaf Indonesia. Tapi semuanya memiliki sandaran keilmuan masing-masing. Maka, semakin banyak kita belajar, semakin kita bisa menerima perbedaan,” jelasnya.

Ia juga memberikan tips dalam menghadapi perbedaan mushaf cetak. “Ketika bertemu dengan mushaf yang berbeda, jangan langsung menjadikan salah satunya sebagai hakim. Rujuklah pada kitab. Kadang-kadang, dua perbedaan yang terlihat bertentangan sebenarnya sama-sama benar. Sehingga, kita harus melihatnya sebagai keragaman, bukan pertentangan,” pesan bapak 9 orang anak ini tegas.

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved