Salah satu kegiatan utama Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) adalah membuat pedoman Penyusunan Mushaf Al-Qur’an Bahasa Isyarat Bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara (PDSRW) dan Penyusunan Mushaf Al-Qur’an Braille Bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (PDSN). Kegiatan penyusunan mushaf untuk kalangan disabilitas ini dibuka secara langsung oleh Plt. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag, Prof. Dr. Abu Rokhmad, M.Ag pada Selasa, 29/03 di Hotel Harris, Jakarta.

“Sesungguhnya dasar dari penyusunan Mushaf Al-Qur’an Braille dan Mushaf Al-Qur’an Bahasa Isyarat yang dilakukan saat ini bukan sekadar Undang Undang, tapi Al-Qur’an dan Hadis,” jelas Abu Rokhmad.

Hadis yang menjelaskan tentang hal itu, menurutnya misalnya hadis riwayat Muslim, khairukum man ta’alamal-Qur’ana wa ‘allamahu, ‘yang terbaik dari kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya’. Di antara yang terbaik yang dijelaskan hadis tersebut tentu saja adalah mereka-mereka yang menyusun mushaf Al-Qur’an baik Braille maupun Bahasa isyarat, jelasnya melanjutkan.

Koordinator Bidang Pentashihan, Deni Hudaeny, menyampaikan, bahwa untuk penyusunan mushaf Al-Qur’an Bahasa isyarat, target yang hendak dicapai selain mereview buku pedoman membaca Al-Qur’an bagi PDSRW yang sudah dibuat sebelumnya, adalah menyusun surah-surah pendek menggunakan bahasa isyarat. Sedangkan target penyusunan mushaf Al-Qur’an Barille tahun ini adalah melakukan penyempurnaan rasm 180 kata sebagaimana yang sudah disepakati dan mencantumkan terjemahan Al-Qur’an edisi penyempurnaan tahun 2019.

Untuk menyelesaikan target tersebut, LPMQ pada kegiatan ini mengundang sejumlah narasumber dan peserta yang mewakili komunitas masing-masing, baik dari kalangan PDSRW maupun PDSN. (Must)