Kajian dan Penyusunan Tafsir Ilmi kerja sama Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung telah selesai dilaksanakan pada hari Rabu, (07/12) di Bandung, Jawa Barat.
Dr. Reflita, MA, dalam sambutan penutupnya mengucap terima kasih kepada seluruh tim penulis dari UIN Bandung atas kerja kerasnya menyelesaikan draf buku sejak awal tahun 2022. Selanjutnya, Reflita mengungkap kembali bahwa kegiatan ini adalah wujud komitmen Kementerian Agama Republik Indonesia, yang dilaksanakan LPMQ, menindaklanjuti kesepakatan Majelis Agama Islam Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang menunjuk Indonesia sebagai pelaksana pilot projek penyusunan Tafsir Ilmi dengan tema Air dan Samudera.
"Kami mengucap terima kasih kepada seluruh tim penulis yang telah bekerja keras selama ini. Draf buku yang kita hasilkan, selain diterbitkan di Indonesia, insyaallah juga akan diterbitkan oleh negara-negara di Asia Tenggara. Ini telah disepakati MABIMS,” ungkap perempuan asli Minang tersebut datar.
Menanggapi hal itu, Prof. Dr. Rosihon Anwar Anwar, MA, ketua tim penulis dari UIN Bandung menyatakan draf buku yang dihasilkan ini bukan naskah biasa, tetapi naskah resmi negara yang akan diterbitkan dan dibaca masyarakat Asean.
"Saya meminta tim penulis mencatat semua masukan dari narasumber. Hal-hal yang harus diperbaiki segera dilaksanakan dengan sebaik-sebaiknya. Kemas penyajian tafsir dan sainsnya dengan cantik. Karena ini bukan draf buku biasa, ini dokumen resmi negara," pesan pakar tafsir dari Bandung itu kepada tim penulis.
"Buku ini menjadi pertaruhan nama beberapa lembaga: UIN Bandung, Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IAT) UIN Bandung, dan tentu saja Kemenag. Oleh karena itu, mari kita selesaikan tahapan akhir ini dengan baik," ajak Rosihon.
Selain itu, menurut Dr. Agus S. Jamil, selaku narasumber mengatakan kajian tafsir Ilmi dengan tema Air dan Samudera yang dilaksanakan Kemenag ini adalah sesuatu yang penting dan patut diapresiasi. Dalam buku tidak hanya membahas soal isu global tentang bagaimana pengelolaan air bersih perspektif etis ajaran Islam, tetapi juga membahas ketersediaan air bersih itu sendiri, juga persoalan kekeringan, dan krisis air.
"Buku ini penting dan patut diapresiasi karena membahas isu-isu terkini seputar krisis air yang melanda dunia dan apa solusi yang ditawarkan Islam dalam Al-Qur'an dan Sains," ungkapnya.
Menurut Agus, Isu global terkait air ini dilatarbelakangi oleh beberapa fakta minimnya ketersediaan air bersih atau terjadinya krisis air di mana-mana. Di awal abad ke-21, beberapa negara mengalami kekurangan air yang cukup serius. Pada tahun 2000, 49 negara (termasuk India, Kenya, Nigeria, dan Ethiopia) hanya memiliki cadangan kurang dari 528.000 galon air bersih perorang, batas persediaan yang sangat kurang.
Sementara itu, menurut Prof. Dr. Darwis Hude, MA. Islam sebagai agama yang raḥmatan li al-`ālamīn, tentu memiliki ajaran tentang air, termasuk di dalamnya manajemen pengelolaan air. Karena air adalah salah satu kebutuhan dasar makhluk hidup. Bahkan, Islam menempatkan air sebagai salah satu elemen yang paling dasar muasal semua kehidupan (Surah al-Anbiyā’/25: 30).
"Itu sebabnya, air dan yang terkait dengannya menjadi tema penting dan diulang beberapa kali dalam Al-Qur’an. Sebagai bukti, lafal “al-mā’” (air) muncul sebanyak 63 kali; Lafal “nahr/anhār” (sungai) muncul sebanyak 52 kali; Lafal “al-`uyūn” (mata air), “al-yanābī`” (sumber-sumber air), “al-maṭr” (hujan), “al-bard” (dingin), dan “al-riyāḥ” (angin) juga diulang berkali-kali meskipun jumlah pengulangannya lebih sedikit," jelas guru besar yang masih aktif mengajar di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) di hadapan peserta kegiatan. [bp]