Peralihan IAIN menjadi UIN pada tahun 2002 yang salah satunya bertujuan mengintegrasikan dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum yang selama ini muncul di dunia akademis menyisakan satu persoalan penting, yakni kemampuan baca tulis Al-Qur’an. Masuknya mahasiswa dari kalangan sekolah umum dengan sendirinya membuat persyaratan baca tulis Al-Qur’an di UIN (dahulu IAIN) menjadi tidak terukur dan tidak bisa dikontrol karena kemampuan tersebut tidak menjadi salah satu poin kelulusan mahasiswa. Atas dasar itu, peneliti LPMQ melakukan penelitian di 14 kampus UIN di Indonesia, mulai dari UIN Aceh hingga UIN Makassar. Hasil penelitian ini disampaikan pada forum Seminar Hasil Penelitian tenang Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Mahasiswa UIN di Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ), Rabu, 6 Nopember 2019 di Hotel Santika, TMII, Jakarta Timur.
Hadir sebagai narasumber pada acara ini Prof. Dr. Arskal Salim, M.Ag, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama, Dr. Muchlis M. Hanafi, MA, kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ), Abdul Aziz Shidqi, MA, Kepada Bidang Pengkajian LPMQ, dan Aceng Abdul Aziz, mewakili Direktur PD Pontren Dirjen Pendis Kementerian Agama. Ahmad Jaeni MA dan Muhtadlirin MA mewakili peneliti LPMQ pada acara ini menjelaskan bahwa kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an mahasiswa UIN rata-rata bagus, yakni 3,19 untuk membaca dan 3.20 untuk menulis (dari 5 level yang diuji). Indeks ini menurutnya menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan menulis tidak jauh berbeda, meskipun masih ditemukan beberapa mahasiswa yang tidak bisa membaca sama sekali dengan angka 0,4 %. Dari 14 UIN yang diteliti, yang paling tinggi levelnya adalah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan yang paling rendah adalah UIN Pekan Baru Riau.
“Apa yang dilakukan peneliti LPMQ terkait dengan kemampuan baca tulis Al-Qur’an akan menjadi bahan masukan dan akan kita sampaikan pada Rektor UIN yang diteliti agar menjadi bahan evaluasi dan early warning pada UIN yang akan kita bentuk.” Demikian disampaikan Prof. Dr. Arskal Salim selaku narasumber pada acara ini. Namun demikian, Direktur PTKIN ini menambahkan, bahwa penelitian ini perlu diperdalam terutama pada level 1, yakni pada soal kecepatan, ketepatan dan akurasi dalam membaca. Dengan begitu, menurutnya yang disampaikan pada penelitian ini menjadi semakin signifikan. Penelitian ini, menurut Aceng Abdul Aziz, Kasubdit pada PD Pontren Dirjen Pendis, akan menjadi instrumen penting untuk meningkatkan layanan baca tulis Al-Qur’an pada pendidikan umum, di antaranya PTKI, bahkan sampai pada tingkat literasi, menghafalkan, dan mengamalkannya. Dengan begitu, penelitian ini membuahkan hasil dan model yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an pada masyarakat secara umum. (Must)