Pameran Kaligrafi Batik Bisa Mengacu Sejarah Besurek Bengkulu

Rencana Bayt Al-Qur'an & Museum Istiqlal (BQMI) menyiapkan pameran temporer dengan menampilkan kaligrafi batik diharapkan menjadi nuansa baru, baik story line BQMI, khazanah dan seni batik, maupun khazanah seni Islam di Indonesia.

Acara diskusi yang dilaksanakan tim pameran temporer Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ), Kamis (19/1/2023) menghadirkan Archangela Y. Aprianingrum, Koordinator Museum Batik Indonesia untuk menambah referensi penyusunan kuratorial pameran temporer kaligrafi batik 2023.

Dalam penyajian materi pameran seperti yang sudah diterapkan di Museum Batik adalah menyajikan teks yang singkat dengan bahasa yang tidak terlalu berat agar pengunjung tidak bosan harus membaca banyak teks.

"Di museum kami, teks kami batasi maksimal dua paragraf pendek untuk teks narasi. Selebihnya kami isi dengan media penunjang, koleksi, atau caption. Ini kami terapkan karena masyarakat kita, orang Indonesia, lebih suka mendengar (diceritakan) atau melihat. Hanya sedikit yang suka membaca," kata Koordinator Museum Batik yang akrab dipanggil Arum dalam paparannya.

Ia merekomendasikan untuk mempertimbangkan porsi materi pameran antara batik dan kaligrafi dengan ruang yang disediakan karena masing-masing memiliki pengetahuan yang sangat luas dan terlalu bias jika keduanya disajikan sama banyaknya.

"Fokusnya ini mau di mana? Apakah batiknya atau kaligrafinya. Setahu saya kaligrafi juga banyak ragamnya. Nah, jika ini mau menggabungkan, ya harus diusahakan seimbang sehingga pengunjung paham bahwa ini kaligrafi batik. Bukan hanya kaligrafi dan bukan hanya batik," tuturnya.

Untuk motif batik sendiri ia memberikan alternatif pilihan untuk menampilkan perwakilan secara garis besarnya, yaitu Batik Keratonan dan Batik Pesisiran. Batik Keratonan terdiri dari motif kawung, parang, dan truntum. Sedangkan batik pesisiran bisa diwakili oleh: 1. Cohcohan (Indramayu), 2. Megamendung (Cirebon), 3. Jelamprang (Pekalongan), 4. Latohan/Burung Hong (Lasem, Rembang), 5. Lokcan (Tuban), 6. Tase Malaya (Madura), 7. Merak Ngibing (Garut).

"Ada satu motif batik yang mungkin bisa menjadi pintu masuk ke kaligrafi batik, yaitu besurek dari Bengkulu. Ini dulunya mungkin dibawa dari daerah Jawa juga yang kemudian disukai masyarakat sana. Awalnya, motif ini hanya untuk upacara tertentu, tapi sekarang sudah umum. Dari sejarah besurek ini bisa digali lebih lanjut jika ingin menyambungkan," pungkas Arum dalam paparannya yang kemudian dilanjutkan diskusi. [Atho]

Editor: Mustopa

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved