Jakarta (02/11/2013) - Untuk pertama kalinya, pameran ragam hias mushaf Al-Qur’an kuno digelar, menyajikan sekitar 150 foto dan manuskrip dengan hiasan yang indah, berasal dari hampir seluruh wilayah Indonesia. Pameran ini bertempat di Gedung Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, tanggal 5-9 Oktober 2013.
Dahulu, untuk menggandakan mushaf Al-Qur'an harus disalin atau ditulis ulang secara manual. Tradisi penyalinan secara manual ini berlangsung hingga pertengahan atau akhir abad ke-19, kemudian disusul mushaf Al-Qur'an cetak batu dan mesin cetak. Tradisi penyalinan ini dilakukan di berbagai pusat Islam pada waktu itu, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan kepulauan Maluku. Keberadaan Al-Qur'an di berbagai wilayah dan lapisan masyarakat itu menunjukkan bahwa penyalinan Al-Qur'an pada masa lampau cukup merata di Nusantara. Mushaf-mushaf kuno tersebut saat ini kebanyakan disimpan di lembaga-lembaga pemerintah di Indonesia, Malaysia, Belanda, dan sebagian negara lain. Naskah-naskah tersebut ada dalam koleksi museum, perpustakaan, masjid, pesantren, serta ahli waris.
Salah satu keunikan mushaf kuno, banyak di antaranya yang dipercantik dengan ragam hias/iluminasi yang sangat indah. Ragam hias tersebut biasanya terdapat pada bagian awal, tengah, dan akhir Al-Qur'an. Hiasan di ketiga bagian ini merupakan bagian yang penting dalam seni naskah Al-Qur'an, dan terdapat di hampir seluruh Al-Qur'an Nusantara. Ragam hias yang digunakan adalah ragam hias floral (tumbuh-tumbuhan) dan geometris.
Menurut kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (Lajnah), pameran yang mengambil tema "Ragam Hias Mushaf Al-Quran Kuno Nusantara" ini merupakan partisipasi dari tim peneliti Lajnah yang telah bekerja keras meneliti dan mendigitalisasi mushaf kuno yang berada di berbagai daerah, sejak tahun 2011. Hingga saat ini total mushaf yang telah diteliti dan didigitalisasi mencapai 286 mushaf, 150 mushaf di antaranya memiliki iluminasi yang indah. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh tim peneliti ini merupakan sumbangan yang sangat besar dalam pelestarian dan penyelamatan mushaf-mushaf kuno sebagai warisan bangsa yang tak ternilai harganya. Melalui pameran ini, Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal ingin memperkenalkan kepada masyarakat tentang mushaf kuno sekaligus keindahan nilai seni yang ada dalam setiap tampilan ragam hias yang seringkali mencerminkan identitas budaya masing-masing daerah. Secara khusus para penerbit Al-Qur’an juga diundang dalam pameran ini, dengan harapan keindahan ragam hias yang ditampilkan dalam mushaf dari berbagai daerah itu dapat menjadi inspirasi dan selanjutnya dikembangkan dalam desain perwajahan mushaf yang akan diterbitkan.
Menurut ketua panitia, Drs H Yasin Rahmat Anshori, festival ini akan dibuka secara langsung oleh Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI pada 5 November 2013 pukul 09.00-09.30 WIB. Acara dilanjutkan dengan Karnaval Muharam yang diikuti oleh grup marching band, hadrah, marawis, para penerbit Al-Qur’an, serta 15 Museum yang ada di lingkungan TMII. Festival ini dimeriahkan dengan Bursa Mushaf Al-Qur’an yang diikuti sejumlah penerbit Al-Qur’an di Indonesia.