Setiap tanggal 4 Januari diperingati sebagai Hari Braille Sedunia. Kepala Lajanah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ), Abdul Aziz Sidqi, menyampaikan ucapan selamat Hari Braille sedunia, 4 Januari 2024 melalui video pendek yang diunggah di kanal-kanal medsos LPMQ. Dalam video tersebut, Aziz mendukung penuh upaya penguatan inklusivitas atau pengakuan dan penghargaan atas eksistensi keberbedaan dan keberagaman. Dalam kaitan ini, secara sepesifik, yang dimaksud dengan keberagaman perbedaan oleh Aziz adalah keberadaan penyandang disabiltas netra atau Tunanetra yang memilki kebutuhan khusus yang bebeda dengan orang-orang awas.
“Selamat Hari Braille sedunia, 4 Januari 2024. Mari bersama-sama kita dukung inklusivitas dengan memperluas penggunaan huruf braille bagi penyandang disabilitas netra,” ujar Aziz melalui video yang diunggah pada Kamis (04/01/2024) di akun Instagram lpmq_kemenag_ri.
Selanjutnya, Aziz mengatakan, dukungan terhadap inklusivitas dapat diwujudkan melalui penguatan sosialisasi atau memperluas penggunaan huruf Braille bagi tunanetra. Karena hingga saat ini masih banyak Tunanetra yang belum mendapatkan akses pembelajaran penggunaan huruf Braille. Selain akases pembelajaran Braille, Aziz juga menekankan pentingnya penyediaan literasi keilmuan dalam huruf Braille; baik ilmu umum atau agama yang mudah diakses. Tujuannya, agar setiap Tunanetra dapat mengembangkan potensinya dengan megakses literasi tersebut.
Seperti diketahui, huruf Braille merupakan huruf yang membantu para Tunanetra mengakses literasi keilmuan. Huruf Braille memiliki konsep titik yang timbul dengan membentuk pola di mana pola tersebut memungkinkan ujung jari merasakan seluruh unit sel dengan satu sentuhan dan berpindah dengan cepat dari satu sel ke sel berikutnya.
“Semoga, setiap Tunanetra dapat mengakses literasi pengetahuan dengan mudah dan mampu mengembangkan potensinya melalui kemampuan membaca dan menulis dengan huruf Braille termasuk mushaf Al-Qur'an Braille,” kata Aziz dalam paragraf akhir videonya.
Sebagai Kepala LPMQ, Aziz berkepentingan menyuarakan keberpihakan LPMQ terkait penggunaan huruf Braille, khususnya di bidang Al-Qur’an. Setidaknya, sejak tahun 1974-1983 Kementerian Agama (saat itu Bernama Departemen Agama) sudah berperan aktif mengembangkan penggunaan huruf Braille bagi Tunanetra. Peran aktif yang dilakukan Kemenag ketika itu adalah melakukan upaya standardisasi Al-Qur’an Braille dalam forum Musyawarah Kerja Ulama Ahli Al-Qur’an. Forum tersebut membuahkan hasil berupa ditetapkannya Al-Qur’an Braille sebagai salah satu Mushaf Standar Indonesia (MSI) melalui Keputusan Menteri Agama (KMA) NO. 25 tahun 1984.
“Mushaf Standar Braille kemudian ditetapkan sebagai MSI melalui Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 25 Tahun 1984. Kemudian disusul dengan lahirnya Instruksi Menteri Agama Nomor 07 Tahun 1984 tentang Penggunaan Mushaf Standar, maka sejak saat itulah seluruh penerbitan Mushaf Braille di Indonesia mengacu pada Mushaf Standar Braille,” jelas Aziz menambahkan keterangannya.
Upaya pengembangan Braille terkait Al-Qur’an terus dilakukan LPMQ. Setelah melakukan standardisasi Mushaf Al-Qu’ran Braille, LPMQ juga menyusun terjemahan Al-Qur’an dalam huruf Braille, Panduan Praktis Membaca Al-Qur’an Braille atau disebut Iqra’na, dan memproduksi video tutorial membaca Al-Qur’an Braille yang diunggah di channel Youtube Lajnah Kemenag. Selain itu, sejak tahun 2017, LPMQ juga menjalin kerja sama dengan Yayasan Mitra Netra dalam penyediaan literasi kegamaan melalui Pustaka Digital dalam bentuk eletronik publication (e-Pub). [bp]
Editor: Mustopa