‘Sundawi’ yang digunakan dalam Al-Qur’an Mushaf Sundawi adalah istilah yang dikaitkan dengan konsep desain dan tatanan iluminasi yang diterapkan pada setiap halaman mushaf ini. Pada prinsipnya ada dua jenis sumber inspirasi atau acuan desain yang digunakan. Pertama, yang referensinya berasal dari motif islami Jawa Barat, misalnya memolo mesjid, motif batik, ukiran mimbar, mihrab, dan artefak lainnya, dengan catatan bahwa motif-motif tersebut tidak bersifat anthropomorphic (dari bentuk manusia) ataupun zoomorphic (dari bentuk binatang). Jenis motif kedua, yaitu desain yang bersumber pada sejumlah flora tertentu yang khas Jawa Barat, seperti gandaria dan patrakomala.

Sekitar April 2009 masyarakat pernah dihebohkan dengan munculnya sebuah mushaf Al-Qur’an (dan sebilah pedang) secara “tiban” (ujug-ujug ada) di sebuah masjid kampung di Banten. Kabar tersebut waktu itu cukup menghebohkan, dan sempat membikin ‘repot’ pihak-pihak yang berwenang. Kabar lainnya, seseorang datang ke sebuah museum membawa sebuah mushaf, dan secara ‘meledak-ledak’ mengatakan bahwa mushaf yang dibawanya itu muncul secara tiba-tiba bersamaan dengan halilintar yang menyambar! Wah! Satu lagi, seseorang dari Cirebon menawarkan sebuah mushaf melalui email, dan mengatakan bahwa mushaf yang ditawarkannya itu diperoleh dari tirakat di makam Sunan Gunung Jati bersama beberapa ulama Cirebon!

Bulan April ini pengunjung Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal dari kalangan siswa sekolah masih banyak berdatangan dalam rangka study tour atau walking class. Tamu rombongan itu masih didominasi oleh siswa setingkat TK/TPA hingga SMA dan mahasiswa dari berbagai universitas, bahkan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dari beberapa daerah. Secara kuantitatif, jumlah pengunjung kategori anak-anak dan dewasa sedikit lebih rendah dibanding bulan Maret. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh adanya pelaksanaan Ujian Nasional yang cukup menyita perhatian dari para pengajar yang biasanya mendampingi study tour peserta didiknya.

Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi menulis dalam otobiografinya, Hikayat Abdullah (cetakan litografi, Singapura, tahun 1849),

Sebermula adalah berbagai2 perkakas hukuman dan syeksa dalam tempat mengaji itu sedia, berbagai2 rupanya, dihukumkan atas jenis kesalahannya. Pertama2 rotan dan apit Cina. Adapun apit Cina itu diperbuat daripada rotan saga empat keping; kira2 panjangnya sejengkal2. Maka cucuk sebelah hujung dimatikan dan lagi sebelah diberi bertali panjang; demikianlah rupa gambarnya. Maka yaitu hukuman mengapitkan jari, yaitu hukuman seperti budak2 mencuri atau memukul kawan2nya.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (biasanya kita sebut “Lajnah” atau “LPMA”) ditetapkan menjadi satuan kerja di lingkungan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama pada tahun 2007. Salah satu upaya untuk memperkenalkan Lajnah – dan semua produk unggulan yang dihasilkannya – adalah melalui jaringan internet. Website Lajnah http://lajnah.kemenag.go.id online sejak bulan Maret 2011, dan menjadi salah satu wadah publikasi dan sosialisasi produk-produk  Lajnah yang efektif.

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved