Jakarta— Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) kembali menerima kunjungan mahasiswa dari UIN Surakarta dan UIN Kediri, Senin (29/09/2025). Kunjungan ini menjadi salah satu dari rangkaian Praktik Pengalaman Lapangan bagi 96 mahasiswa dari kedua kampus tersebut. Tak hanya itu, beberapa mahasiswa dari UIN Batusangkar dan IAIN Pontianak yang tengah mengikuti PKL di LPMQ turut serta dalam kegiatan ini. Kunjungan ini menjadi momen para “calon mufassir” untuk memperdalam ilmu mengenai Al-Qur’an dan tafsirnya, sebagaimana diungkapkan oleh Agus Hendrik M.A. dalam sambutannya.
Kegiatan dibuka dengan sambutan Dr. Reflita, M.A., yang langsung memancing interaksi dengan bertanya kepada peserta mengenai apa yang mereka ketahui tentang LPMQ. Pertanyaan ini mengawali sesi pengenalan lembaga sekaligus membuka ruang diskusi. Tak lupa, Dr. Reflita mengenalkan berbagai produk yang dimiliki oleh LPMQ seperti tafsir Wajiz, tafsir ringkas yang menjadi produk tafsir yang khusus diproduksi di Indonesia melalui LPMQ serta produk lainnya yang banyak digunakan di Indonesia.
“Jika Arab Saudi memiliki Tafsir Al-Muyassar dan Mesir memiliki Tafsir Muntakhab, Indonesia juga memiliki tafsir yang ringkas yang disebut dengan Tafsir Wajiz. Inilah salah satu produk yang sangat bermanfaat terutama di kalangan akademisi yang banyak dirujuk baik dalam skripsi, thesis maupun disertasi,” ungkapnya kepada para mahasiswa.
Kemudian Dr. Reflita menjelaskan sejarah terjemahan Al-Qur’an Kementerian Agama dari masa ke masa, termasuk prinsip, metode, serta ragam pendekatan yang digunakan. Terjemahan resmi Kemenag telah menjadi rujukan utama penerbit, dengan metode yang menggabungkan pendekatan harfiah dan tafsiriah, sehingga teks terjemahan tetap akurat sekaligus mudah dipahami.
Selanjutnya, Bagus Purnomo,M.A, selaku pembicara kedua lebih menyoroti produk-produk inovatif telah yang dihasilkan LPMQ, seperti Al-Qur’an Braille untuk penyandang tunanetra, serta Al-Qur’an Isyarat untuk teman Tuli. Pengembang tafsir LPMQ ini menegaskan bahwa pelayanan literasi Al-Qur’an bagi penyandang disabilitas merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam menghadirkan mushaf standar yang inklusif.
“Produk Al-Qur’an Isyarat LPMQ ini bahkan menjadi satu-satunya di dunia,” tegasnya.
Melalui kunjungan ilmiah ini, para peserta tidak hanya memahami prinsip dan metode penerjemahan Al-Qur’an yang digunakan Kemenag, tetapi juga mengenal lebih dekat inovasi-inovasi LPMQ dalam memenuhi kebutuhan literasi Al-Qur’an masyarakat, termasuk bagi kelompok disabilitas.
Alfitri, salah satu mahasiswi dari UIN Kediri mengungkapkan hal yang baru diketahuinya mengenai LPMQ bahwa ternyata LPMQ tidak hanya bertugas untuk mentashih tetapi juga menyediakan Al-Qur’an untuk teman-teman penyandang disabilitas, bahkan ada organisasi khusus yang mewadahi para penyandang disabilitas untuk dapat mempelajari dan memahami Al-Qur’an.
“Saya senang karena mendapatkan ilmu baru yaitu mengenai Mushaf Al-Qur’an Braille dan baru tahu kalau ternyata banyak disabilitas yang membutuhkan Al-Qur’an ini. Harapannya semoga bisa banyak guru-guru yang paham Mushaf Al-Qur’an Braille sehingga bisa mengajarkan kepada teman-teman disabilitas,” ujar Aditya Maulana, mahasiswa UIN Surakarta.