Jakarta — Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) Kementerian Agama Republik Indonesia menyelenggarakan Rapat Koordinasi dan Evaluasi Diseminasi Al-Qur’an Isyarat bersama lembaga mitra, yaitu BAZNAS RI, ESQ Kemanusiaan, PPPA Darul Qur’an, BMM Muamalat, LAZISNU PBNU, Dompet Dhuafa, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, dan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Kamis (18/12/2025), bertempat di Ruang Rapat Tata Usaha LPMQ lantai 3, Gedung Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal, Jakarta Timur.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai forum silaturahmi, koordinasi, dan evaluasi atas pelaksanaan diseminasi Al-Qur’an Isyarat yang telah berjalan sepanjang tahun 2025, sekaligus untuk merumuskan arah penguatan program pada tahun 2026. Kepala Subbagian Tata Usaha LPMQ Muhammad Musadad dalam sambutannya menyampaikan bahwa pertemuan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat koordinasi dengan lembaga mitra yang selama ini ikut mensosialisasikan Al-Qur’an Isyarat “Di akhir tahun ini kami mengagendakan pertemuan bersama seluruh stakeholder agar kita dapat berkoordinasi dan mengevaluasi pelaksanaan diseminasi Al-Qur’an Isyarat, sehingga target dan tujuan program ke depan dapat menjangkau lebih luas,” ujarnya.
Dalam arahannya, Kepala LPMQ Abdul Aziz Sidqi menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh mitra atas kontribusi dan kolaborasi yang telah terjalin. Ia menegaskan bahwa layanan Al-Qur’an harus dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas rungu wicara dan disabilitas netra. “Al-Qur’an ini bukan hanya untuk kita yang dapat mendengar dan melihat, tetapi juga untuk seluruh umat, termasuk saudara-saudara kita penyandang disabilitas,” tuturnya.
Kepala LPMQ juga menekankan pentingnya evaluasi terhadap pelaksanaan training of trainers (ToT) Al-Qur’an Isyarat yang selama ini dilakukan. Menurutnya, keberadaan panduan dan pedoman perlu dilengkapi dengan modul pembelajaran yang lebih sistematis. “Pendidikan dan pelatihan tidak cukup hanya dengan panduan dan pedoman. Oleh karena itu, kami sedang menyusun modul agar pelaksanaan ToT lebih mudah, terstandar, dan dapat diterapkan secara merata,” jelasnya. Ia berharap modul tersebut dapat diterbitkan dan dimanfaatkan pada tahun 2026.
Selain aspek modul dan standardisasi pelatihan, Kepala LPMQ juga menyoroti perlunya peningkatan kapasitas pengajar, pemetaan lokasi pelatihan agar tidak terpusat di wilayah tertentu, serta penguatan koordinasi antarlembaga. “Pertemuan ini penting agar kita bisa saling berbagi data dan informasi, sehingga pelatihan tidak bertumpuk di satu lokasi dan sasaran program dapat lebih merata,” tambahnya.
Ketua ESQ Kemanusiaan, Lea Sriendari Irawan menyampaikan bahwa forum koordinasi seperti ini sangat dibutuhkan untuk saling bertukar pengalaman dan memperkuat sinergi. “Yang kita perlukan adalah umpan balik antarlembaga, pemetaan program, serta kolaborasi agar pelayanan kepada penyandang disabilitas semakin berkualitas dan berdampak,” ungkapnya.
Sementara itu, perwakilan Dompet Dhuafa, Ustadz Awang Ridwan Suhaedi menyampaikan bahwa pelatihan Al-Qur’an Isyarat yang telah dilaksanakan, baik secara luring maupun daring, mendapatkan respons positif dari masyarakat. Menurutnya, tingginya minat tersebut menunjukkan besarnya kebutuhan akan program literasi Al-Qur’an yang inklusif, khususnya bagi penyandang disabilitas.
Dari PPPA Darul Qur’an, Zainal Umuri menyampaikan bahwa program Al-Qur’an Isyarat yang dijalankan tidak hanya berfokus pada pelatihan, tetapi juga pada penguatan peran pengajar dan pendampingan berkelanjutan. Ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas materi dan kompetensi pengajar agar pembelajaran Al-Qur’an Isyarat dapat berjalan optimal.
Perwakilan LAZISNU PBNU, Oktaviani Fauziah mengungkapkan bahwa pelatihan Al-Qur’an Isyarat yang dilaksanakan pada bulan Ramadan mendapatkan antusiasme tinggi dari peserta lintas daerah. “Peserta berharap kegiatan ini tidak berhenti pada satu momentum, tetapi dapat dilanjutkan secara lebih luas dan berkesinambungan,” ujarnya.
Dari BAZNAS RI, Farid Septian menyampaikan bahwa program diseminasi Al-Qur’an Isyarat perlu didukung dengan standardisasi leveling, pemetaan data, serta penguatan kebijakan agar memiliki jangkauan nasional. “Dengan adanya kesepahaman dan koordinasi bersama, program ini dapat berjalan lebih efektif dan terarah,” jelasnya.
Menutup kegiatan, Kepala Subbagian Tata Usaha LPMQ menyampaikan terima kasih atas berbagai masukan dan laporan yang telah disampaikan oleh para mitra. Seluruh masukan tersebut akan menjadi bahan evaluasi dan perencanaan program LPMQ ke depan. “Pertemuan ini merupakan langkah awal. Insya Allah, pada awal tahun 2026 kita akan kembali melaksanakan pertemuan lanjutan untuk mematangkan rencana bersama,” pungkasnya.

