Perpustakaan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) memikat perhatian pengunjung pada gelaran Kemenperin Book Fair 2025 dengan menampilkan koleksi istimewa berupa Al-Qur’an untuk disabilitas. Dua jenis mushaf yang dipamerkan, yakni Al-Qur’an Braille dan Al-Qur’an Isyarat, menjadi pusat perhatian para pengunjung yang ingin mengetahui lebih dekat inovasi literasi keagamaan yang ramah bagi penyandang disabilitas.

Al-Qur’an Braille merupakan persembahan Kementerian Agama bagi masyarakat tunanetra Indonesia, yang proses penerbitannya dimulai pada tahun 2011 dan rampung pada 2013. Meski telah tersedia, ketersediaan mushaf ini hingga kini masih terbatas di panti dan yayasan tunanetra, sehingga penyandang tunanetra yang tidak berada di bawah naungan lembaga tersebut kerap kesulitan mengaksesnya.

“Kami berharap keberadaan Al-Qur’an Braille di pameran ini dapat memperluas jangkauan dan mempermudah akses bagi saudara-saudara tunanetra. Dan kehadiran mushaf ini di pameran menjadi momentum penting untuk memperkenalkannya lebih luas kepada masyarakat,” ujar salah satu pustakawan LPMQ.

Sementara itu, Mushaf Al-Qur’an Isyarat (MQI) yang diperuntukkan bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara (PDSRW) telah diselesaikan penyusunannya pada tahun 2022. Kehadirannya merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam melaksanakan amanat Undang-Undang untuk menyediakan layanan literasi keagamaan yang setara bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelompok disabilitas. MQI juga menjadi salah satu warisan penting (legacy) Kementerian Agama dalam sejarah literasi inklusif di Indonesia.

“Mushaf Al-Qur’an Isyarat ini bukan hanya buku, tetapi jembatan yang menghubungkan penyandang tuli muslim dengan pesan-pesan suci Al-Qur’an,” tutur perwakilan LPMQ.

Penerbitan Al-Qur’an untuk disabilitas ini menjadi bukti nyata keberpihakan Kementerian Agama terhadap pemenuhan hak-hak kaum disabilitas dalam mengakses kitab suci. Melalui partisipasi di Kemenperin Book Fair 2025, Perpustakaan LPMQ tidak hanya memamerkan koleksi, tetapi juga mengedukasi publik tentang pentingnya literasi keagamaan yang inklusif. Dengan demikian, diharapkan kesadaran dan dukungan masyarakat terhadap akses literasi bagi penyandang disabilitas semakin meningkat.