Taman Mini Indonesia Indah tak pernah sepi dari pengunjung. Baik wisatawan lokal maupun mancanegara senantiasa terlihat hilir mudik di berbagai wahana permainan, anjungan, dan juga museum-museum di TMII, tak terkecuali Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal (BQMI). Pada musim liburan sekolah sekitar bulan Juni-Juli atau Desember-Januari, biasanya pengunjung BQMI secara individu maupun rombongan mengalami lonjakan signifikan. Meski demikian, bukan berarti BQMI sepi pengunjung di luar musim liburan tersebut. Terbukti, sejak awal masuk sekolah akhir Januari lalu hingga saat ini, pengunjung dari kalangan siswa sekolah justru mulai banyak datang dalam rangka study tour.

Al-Qur’an diturunkan sebagai kitab suci umat Islam. Kandungan ayat-ayatnya menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia. Umat Islam di seluruh penjuru dunia mempunyai kewajiban untuk memelihara dan menjaga kesuciannya. Banyak cara yang telah dilakukan umat Islam dalam rangka menjaga Al-Qur’an—salah satunya adalah dengan cara menghafal. Di Indonesia, lembaga-lembaga tahfizul Qur’an tersebar di berbagai daerah, di antaranya Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara.

KH Ahmad Umar lahir pada hari Sabtu Pahing, 5 Agustus 1916 dari pasangan KH Abdul Mannan dan Nyai Zaenab. Selain kepada orang tuanya, KH Ahmad Umar berguru kepada Prof. KH Mohammad Adnan (Den Kaji). Selanjutnya, ia masuk sekolah formal “Al-Islam” pimpinan Kiai Ghazali. Kemudian ia pindah ke Pondok Pesantren Termas, Arjosari, Pacitan, di bawah asuhan KH Dimyathi Abdullah. Di pesantren ini, saat usianya 15 tahun (1931—1934), KH Ahmad Umar berhasil menghafal Al-Qur'an 30 juz serta berteman dengan Kiai Abdul Hamid Pasuruan dan Kiai Muntaha Wonosobo.

Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal hampir genap berusia 15 tahun. Sudah puluhan bahkan ratusan ribu pengunjung menikmati berbagai koleksi ke-Qur’an-an maupun koleksi khazanah keislaman Nusantara yang disajikan. Tak pelak, pelayanan kepada pengunjung pun terus menerus ditingkatkan dari waktu ke waktu demi kenyamanan pengunjung.

KH Muntaha adalah putra KH Asy‘ari bin KH Abdurrahim bin K. Muntaha bin K. Nida Muhammad. Ibunya bernama Hj. Syafinah. Ia lahir pada 9 Juli 1912 di Kelurahan Kalibeber, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, dan wafat pada hari Rabu, 29 Desember 2004 dalam usia 92 tahun. Sampai akhir hayatnya KH Muntaha pernah mempersunting lima orang istri, yaitu Ny. Hj. Saudah dari Wonokromo Wonosobo, Ny. Hj. Maryam dari Parakan Temanggung, Ny. Hj. Maijan Jariyah Tohari dari Kalibeber, Ny. Hj. Hinduniyah dari Kalibeber Mojotengah, dan Ny. Hj. Sahilah dari Munggang Mojotengah.

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved