Bogor (16/04/18) - Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an (LPMQ) melaksanakan sidang kajian penyempurnaan terjemahan Al-Qur'an Kementerian Agama mulai tanggal 16 April sampai 18 April 2018.
Dalam sidang ketiga di tahun 2018 ini tim kajian penyempurnaan terjemahan Al-Qur'an membahas juz 21, 22, dan 23 yang dibagi dalam dua tim pembahas.
Tim pertama membahas juz 21 dan 22 mulai Surah al-Ahzab, Saba' dan Fathir. Tim ini terdiri atas KH Malik Madaniy, Prof. Dr. Hj. Huzaimah T. Yanggo, MA., Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, Dr. H. Muchlis M Hanafi, Drs. Sriyanto, M.Hum., Dr. H. Abbas Mansur Tamam, MA. Sedangkan tim kedua yang terdiri atas Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA, Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, MA, Dr. H. Amir Faishol, MA., Dr. H. Abdul Ghofur Maimun, MA., Dr. Hj. Lilik, MA, Dr. Dora Amalia, membahas juz 22 dan 23, mulai surah Yasin dan as-Saffat.
Salah seorang anggota tim kajian penyempurnaan, Ibu Lilik Umi Kalsum, mengungkapkan, "Menerjemahkan Al-Qur'an tidaklah mudah, karena hasil terjemahan Al-Qur`an tidak bisa mewakili semua makna yang dikandung Al-Quran. Oleh sebab itu, tim penerjemah harus jeli dalam mengartikan suatu kalimat. Sebisa mungkin mencarikan padanan kata yang tepat, yang paling mendekati apa yang dimaksudkan bahasa sumbernya, yaitu bahasa Arab Al-Qur'an."
Selain itu, menurut Lilik, "Jangan sampai ada dua kata berbeda yang diterjemahkan dengan makna yang sama. Seperti dalam Surat as-Shaffat ayat 101 dan 102. Kata 'ḥalīm' dan 'ṣābirīn'yang menjadi sifat Nabi Ismail selama ini diartikan dengan 'sabar'. Maka sesuai dengan maknanya kata ḥalīm diubah artinya menjadi “ yang sangat santun," jelasnya.
Demikian juga kata 'Ilyās' dan 'Ilyāsīn' pada Surat as-Shaffat ayat 123 dan 132. Kedua kata ini sama-sama diterjemahkan dengan kata Ilyas. KH. Ahsin Sakho Muhammad menegaskan bahwa keduanya harus dibedakan walaupun ada yang mengatakan Ilyasin adalah panggilan lain dari Ilyas. Dalam perspektif ilmu qiraah, kata Ilyasin ada yang membacanya berbeda, yaitu Ali Yasin yang artinya keluarga atau pengikut Ilyas. Usulan ini kemudian didukung oleh narasumber lain sehingga kata Ilyasin diterjemahkan dengan “Ilyas dan kaumnya”.
Selain mencermati dua kata yang diartikan sama, tim penerjemah juga harus cermat dalam memilih dua makna dari satu kalimat. Seperti mengartikan kata al-qaul pada Surah Yasin ayat 7. Apakah yang dimaksud al-qaul ini adalah hukuman sebagaimana dalam kitab Al-Muntakhab atau yang dimaksud dengan al-qaul adalah azab sebagaimana diterangkan dalam kitab Jalalin.
Begitu juga ketika memaknai kata 'salam' dalam Surah as-Saffat ayat 79. Apakah ucapan salam kepada Nabi Nuh ini datang dari Allah sebagaimana dalam tafsir Jalalin ataukah salam datangnya dari makhluk sebagaimana dalam tafsir an-Nasafi. Jika pandangan an-Nasafi diterima, Dr. Amir Faisal mengusulkan perubahan redaksi terjemahan, “Salam untuk Nuh (dari kami) dan seluruh alam,” menggantikan terjemahan sebelumnya, “Kesejahteraan (Kami limpahkan) atas Nuh di seluruh alam.” (ANQA)