Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ), lembaga yang bernaung di bawah Kementerian Agama Republik Indonesia, terus melanjutkan inovasinya dalam melestarikan kekayaan khazanah ilmu qiraat. Setelah berhasil menerbitkan tiga mushaf Al-Qur'an dengan ragam qiraat — yakni riwayat Qolun an Nafi', riwayat Syu'bah an Ashim, dan Warsy an Nafi' — kini LPMQ siap menerbitkan mushaf dengan riwayat al-Bazzi dan Qunbul dari Imam Ibnu Katsir pada tahun 2025.
Hal ini diungkapkan dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan pada akhir tahun 2024. Acara ini menghadirkan narasumber utama, Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA, seorang pakar ilmu qiraat dan alumni Jamiah Islamiyah Madinah.
"Hari ini kita melakukan FGD membahas ushul qiraat bersama KH. Ahsin Sakho Muhammad. Diskusi ini menjadi momentum penting untuk memastikan akurasi dan kesempurnaan mushaf yang akan diterbitkan," ujar Salim Rusdi Cahyono, salah satu anggota tim kajian mushaf ragam qiraat LPMQ.
Dalam FGD tersebut, tim kajian LPMQ bersama KH. Ahsin membahas secara mendalam 25 poin ushul qiraat. Beberapa di antaranya meliputi: Bab Mim Jama', Ha Kinayah, Al-Idgham wa Idhar, dan lainnya beserta contoh bacaan masng-masing.
KH. Ahsin menegaskan pentingnya kejelasan dalam pemilihan diksi bahasa Arab untuk menghindari ambiguitas makna. "Pemilihan diksi sangat krusial. Kata-kata yang digunakan harus jelas dan tidak boleh membingungkan pembaca. Selain itu, contoh ayat yang digunakan untuk menjelaskan kaidah ushul qiraat harus lebih dari satu agar pembaca dapat memahami dengan baik" jelas KH. Ahsin.
Mushaf riwayat al-Bazzi dan Qunbul akan mengikuti format serupa dengan mushaf ragam qiraat yang telah diterbitkan sebelumnya. Ayat utama tetap menggunakan riwayat Hafs an Ashim, sementara bacaan yang berbeda dicantumkan di bagian tepi halaman (hamis).
"Kami juga mempertimbangkan penggunaan warna untuk membedakan ayat-ayat yang bacaannya berbeda dengan riwayat Hafs. Warna merah untuk bacaan yang berbeda di tengah ayat dan waqaf, sementara warna hijau untuk bacan yang berbeda ketik waqaf saja, " tambah KH. Ahsin menjelaskan.
Menurut Nur Qomari, anggota tim pengkajian mushaf ragam qiraat, pembahasan ushul qiraat al-Bazzi dan Qunbul dilakukan dalam satu sesi karena perbedaan bacaannya tidak terlalu banyak.
"Ushul riwayat al-Bazzi dan Qunbul kita bahas sekaligus, karena perbedaan bacaannya tidak terlalu signifikan. Namun, untuk cetakan mushafnya, akan kami terbitkan secara terpisah,"* jelas Nur Qomari.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya LPMQ untuk melestarikan ilmu qiraat yang menjadi salah satu kekayaan intelektual umat Islam. Selain itu, LPMQ berharap masyarakat Indonesia dapat mengenal ragam qiraat Al-Qur'an selain riwayat Hafs an Ashim yang paling banyak digunakan di dunia Muslim.