"Setidaknya ada enam atau tujuh ayat dalam Al-Qur'an yang digunakan untuk menyebut kematian. Dan semua itu mempunyai makna yang khusus," jelas Prof. Quraish Shihab pakar tafsir Indonesia tersebut pada acara sidang penyusunan buku Tafsir ayat-ayat kauniyah di Bekasi pada tanggal 07/11/2019.
Hadir sebagai narasumber, beliau menyebutkan beberapa kata dari Al-Qur'an untuk term kematian. Pertama, kata "Ajal" dalam surah al-An'am ayat 2. Kedua, kata "al-Maut" dalam surah al-An'am ayat 61. Ketiga, kata "al-Yaqin" dalam surah an-Nahl ayat 99. Keempat, kata "Raiba al-Manun" dalam surah at-Thur ayat 30. Kelima, kata "wafat" dalam surah an-Nisa ayat 96, an- Nahl ayat 28 dan an-Nisa 15. Keenam, Kata "Nahbah/نحبه" dalam surah al-Ahzab ayat 23.
Selain itu penyusun tafsir al-Misbah itu juga meminta kepada tim untuk menjelaskan Lebih detail tentang apa hakikat kematian itu? dan Apa makna kematian? beliau memberikan contoh satu ayat untuk menunjukkan betapa penjelasan tersebut perlu disampaikan.
"Kullu nafsin dzaiqotul maut. Setiap jiwa pasti merasakan kematian. Kata "dzaiqah" berarti merasakan. Kalau begitu, yang bisa merasakan itu itu yang hidup atau yang sudah mati? Beliau menjawab sendiri pertanyaan itu, "tentu saja yang masih hidup." Kalau yang merasakan masih hidup, lalu apa yang merasakan kematian tersebut? Beliau sekali lagi menjawab pertanyaannya sendiri. "yang merasakan yaitu badan. Lalu Apa yang dirasakan badan ketika mengalami kematian?" Ini perlu diuraikan lebih lengkap, pintanya.
"Apa saja yang dibicarakan Al-Qur'an ketika berbicara tentang orang-orang yang menjelang kematian? Ini juga tidak kalah penting" ungkap Quraish. "Kemudian, keadaan orang yang menjelang kematian itu berbeda-beda dalam Al-Qur'an. Ini perlu kita sampaikan untuk menghilangkan kesan menakutkan terhadap kematian," lanjutnya menjelaskan.
Menurut Quraish tidak semua orang yang akan meninggal itu merasakan "sakaratul maut" yang menyakitkan. Seperti yang sering kita dengar selama ini. Quraish membacakan ayat sebagai contoh, "wa an-naziati gharqa, artinya 'demi malaikat maut yang mencabut nyawa dengan keras'. Tapi ada juga ayat, wa an-syithathi nasytha, artinya 'demi malaikat maut yang mencabut nyawa dengan lemah lembut'. Ada juga orang yang akan meninggal itu rasanya seperti dielus-elus. Dalam Al-Qur'an disebutkan, farauhun waraihan. Adapun orang yang merasakan sakaratul maut dengan menyakitkan itu adalah orang-orang yang mengingkari. Dalam Al-Qur'an disebutkan, hadza ma kunta minhu tahid," jelasnya.
Beliau kemudian bertanya kepada peserta sidang, "Apakah anda mengira bahwa Rasulullah itu merasakan sakaratul maut yang menyakitkan? Tentu saja tidak," beliau menjawab sendiri pertanyaannya. Lalu bagaimana tentang hadis-hadis yang menjelaskan tentang rasanya sakaratul maut? Tanya salah seorang peserta. Menurut Profesor Quraish kualitas hadis-hadis tersebut bisa kita uji lagi. Tapi saya meyakini bahwa tidak semua manusia merasakan sakaratul maut yang menyakitkan, kecuali orang-orang yang mengingkar. [bp]