Muchlis Hanafi: Indikator Moderasi Beragama, Menghormati Kemanusiaan dan Komitmen Kebangsaan

Di antara indikator utama moderasi beragama adalah penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan komitmen kebangsaan. Pernyataan itu disampaikan Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ), Dr. Muchlis M. Hanafi, MA dalam kegiatan Diseminasi Hasil Kajian Al-Qur'an bekerja sama dengan STAI Imam Syafi'i, Cianjur, Jawa Barat.

Dalam kegiatan dengan tajuk 'Penguatan Literasi Al-Qur'an dalam Bingkai Moderasi Beragama' Muchlis menegaskan, ajaran agama Islam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, seperti firman Allah dalam Al-Qur'an, walaqad karramna bani adama, artinya “dan sungguh telah Kami muliakan anak cucu Adam.”

"Spirit moderasi beragama adalah memuliakan manusia. Bila ada yang menyerukan kekerasan, kebencian, penghinaan kepada manusia, maka itu bukan dari agama, meskipun mengatasnamakan agama," tegasnya di hadapan peserta kegiatan yang terdiri dari para dosen, mahasiswa, pimpinan pesantren dan tokoh masyarakat Cianjur pada Rabu, (29/9) pagi hari.

Muchlis melanjutkan, moderasi beragama juga mengamanahkan persatuan dan kesatuan, kecintaan kepada tanah air, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena Islam melarang perpecahan. Bila negara terpecah, dalam keadaan kacau, umat Islam tidak bisa beribadah dengan baik.

"Kegiatan dakwah tidak mungkin terlaksana tanpa ada kondisi aman dan damai. Maka menjaga kesatuan dan persatuan NKRI menjadi kewajiban kita semua. Kita tidak ingin NKRI terpecah-belah seperti negara-negara lain," lanjutnya.

Menyinggung soal mengapa negara memberi perhatian besar kepada moderasi beragama, karena pada saat ini terjadi era disrupsi yaitu era perubahan sangat cepat. Perubahan cepat yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi berdampak pada berubahnya tatanan kehidupan manusia dalam aspek ekonomi, budaya, juga keagamaan.

Dalam aspek keagamaan terjadi perubahan besar. Dahulu ulama dan kiyai menjadi rujukan masyarakat bertanya persoalan agama. Pada saat ini mereka mencari sendiri melalui mesin Google di mana tidak semua informasi yang tersaji dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dengan tepat.

"Orang sekarang mengandalkan internet untuk mendapatkan informasi keagamaan. Hal ini tidak bisa dicegah. Maka, saya berharap ada mahasiswa Imam Syafi'i yang turut mewarnai ruang publik. Supaya informasi yang diakses masyarakat adalah ajaran agama yang moderat, bukan yang ekstrem, baik ekstrem kanan yang tekstual ataupun ekstrem kiri yang liberal," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala STAI Imam Syafii, KH. Abdurrahman Na'im. Lc, MM. dalam sambutannya menyampaikan, acara seperti ini penting agar kita menyadari status kita sebagai umat Muhammad yaitu umat pilihan di mana karakter dan sikap kita juga harus mencerminkan sikap orang-orang terpilih.

"Al-Qur'an menyebut umat Islam sebagai ummatan wasathan, umat pertengahan yaitu umat pilihan, tidak hanya di dunia, tetapi di akhirat kelak umat Nabi Muhammad menjadi umat yang diutamakan di antara umat-umat nabi lainnya. Mari kita cerminkan sikap perilaku dan sikap kita sebagai umat pilihan," pungkas Kiyai Abdurrahman. [bp]

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved