Ketua Tim Penyusunan Mushaf Al-Qur’an Isyarat, Deni Hudaeni, Lc, MA menjelaksan bahwa literasi Al-Qur’an bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara (PDSRW) bukan hanya tugas pemerintah, tapi tugas semua kalangan sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya masing-masing.
“Sebagai perwakilan pemerintah, LPMQ melakukan penerbitan mushaf berikut dengan pedoman dan panduannya. Namun, literasi Al-Qur’an ini tidak cukup jika hanya dilakukan pemerintah. Masyarakat harus terlibat, karena ini merupakan tugas dan tanggung jawab kita semua,” jelasnya pada acara Pembinaan Mushaf Isyarat, Kamis (07/03) di Arabia Hotel, Aceh.
Narasumber lainnya, Heni Ekawati, M.Pd, menjelaskan bahwa pembelajaran Al-Qur’an ini tidak hanya terhenti pada jenjang pendidikan formal, namun terus berlanjut sampai akhit hayat. “Pembinaan yang kami lakukan tidak hanya sebatas di sekolah, tapi terus berlanjut sampai akhir hayat. Kemudian, dalam proses pembelajaran tersebut, seorang guru tidak hanya mengajar, tapi juga mendidik,” kata Heni di hadapan 60 peserta kegiatan Pembinaan MQI.
Pembinaan mushaf Al-Qur’an isyarat ini tidak hanya membahas teori dan pengalaman lapangan, tapi juga langsung praktik secara langsung dengan cara mengenalkan setiap huruf hijaiyah berikut tanda bacanya, sepeti fathah, kasrah, tasydid dan lain sebagainya. Materi terakhir ini disampaikan Ida Zulfiya, MA, di sesi ketiga acara pembinaan.
Harapannya, dengan pengenalan materi serta teori, pengalamana lapangan dan ditambah dengan praktik membaca, mushaf Al-Qur’an isyarat ini semakin dikenal masyarakat dan membuka jalan yang lebih luas bagi PDSRW dalam literasi Al-Qur’an. [must]