Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal (BQMI) menerima kunjungan rombongan Rehlah Ilmiah Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) pada Kamis, (15/08/ 2024) di Jakarta. Rehlah Ilmiah yang diselenggarakan oleh MUIS ini bertemakan “A Jurney of Learning & Discovery With Ulama” diikuti oleh 27 orang yang terdiri dari perwakilan Direktur dan Pejabat Mufti MUIS, imam-imam masjid, serta pengurus masjid di Singapura bagian utara.
Rombongan tamu dari Majlis Ugama Singapura disambut langsung oleh Koordinator Pengelolaan Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal, Liza Mahzumah, kemudian dipandu Luthfi berkeliling melihat koleksi-koleksi Bayt Al-Qur'an. Selanjutnya, rombongan berkeliling di Museum Istiqlal dipandu langsung Saifuddin.
Haji Yacob Ahmad, Superintendent Masjid Daerah Utara, selaku penasehat, menjelaskan bahwa kunjungannya Ke Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal ini bertujuan untuk memahami lebih dalam upaya-upaya yang dilakukan oleh institusi Al-Qur'an di Indonesia dalam mengabdi kepada kitab suci Al-Qur'an.
"Kami ingin menggali informasi yang lebih mendalam terkait usaha yang dilakukan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ), baik terhadap Kitab suci Al-Qur’an secara umum maupun bagaimana pengelolaan Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal yang ada di bawah naungan LPMQ. Harapan kami, informasi yang kami peroleh akan dapat meningkatkan peradaban Islam di Singapura," ujar Yacob yang juga sebagai ketua rombongan Rehlah Ilmiah.
Para peserta sangat antusias mengikuti pemanduan berkeliling di bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal. “Kami mewakili Majelis Ugama Singapura dan himpunan masjid-masjid di bagian utara Singapura senang sekali bisa share dan berkongsi pengalaman di Bayt Al-Qur'an & Museum Istiqlal. Di sini kami bisa mendapatkan informasi seputar sejarah Al-Qur'an dari masa awal atau masa Nabi Muhammad Saw hingga ke Nusantara disajikan secara sangat menarik di sini,” ungkap Kamaruzaman Afandi selaku Penolong Direktur Pejabat Mufti Singapura.
Selanjutnya rombongan dipandu mengelilingi pameran koleksi-koleksi Museum Istiqlal, melihat artefak-artefak yang menarik terutama yang terkait dengan sejarah masuknya Islam di Nusantara.
“Kami mendapatkan informasi bagaimana teori-teori tentang masuknya Islam di Nusantara yang disebutkan ada tiga teori, pertama bahwa Islam itu sudah datang di Nusantara pada zaman para sahabat yakni abad ke-7 dan dibawa langsung oleh orang-orang Arab, para sahabat atau tabiin pada waktu itu. Kedua, teori orang barat yang mengatakan bahwa Islam datang ke Nusantara pada abad ke-13 dibawa oleh pedagang dari Gujarat. Ketiga, teori Persia yakni teori yang mengatakan bahwasanya Islam itu hadir ke Nusantara pada abad ke-13 dibawa oleh orang Persia pasca jatuhnya Dinasti Abbasiyah oleh tentara Mongol. Ketiga teori ini disajikan sangat bagus dengan artefak-artefak yang sangat lengkap dan menarik. Oleh karena itu, kami menyarankan kepada masyarakat terutama di Singapura jika ke Jakarta jangan lupa berkunjung di Bayt Al-Qur'an & Museum Istiqlal,” pungkas Kamaruzaman Afandi.
Kunjungan ini diharapkan dapat mempererat hubungan antara Indonesia dan Singapura dalam bidang pengembangan ilmu Al-Qur’an khususnya dan di bidang keagamaan, serta memberikan manfaat bagi kedua negara. (Sy)