**Jakarta, 8 Juli 2024** - Tri Purwanti, pengasuh pesantren Qathrunnada, Yogyakarta, mengungkapkan apresiasinya terhadap inovasi layanan kealquranan yang dilakukan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) untuk kaum Tuli. Inovasi layanan tersebut berupa Pedoman Membaca Al-Qur’an Iayarat, Al-Quran Iayarat 30 Juz, Kamus Kosaisyarat, Video-video tutorial belajar Al-Qur'an isyarat dan lainnya yang secara khusus disusun untuk memudahkan akses literasi Al-Quran bagi kaum Tuli.
Dalam acara "Penguatan Moderasi Beragama Melalui Media Sosial" yang diadakan, Senin (08/07/2024) Tri Purwanti menyampaikan pendapatnya tentang pentingnya inklusi dan aksesibilitas dalam pengajaran agama. "Kami sangat mengapresiasi langkah Kementerian Agama RI yang telah menginisiasi layanan literasi kealquraanan bagi kaum Tuli ini. Inovasi ini tidak hanya membantu dalam memperluas cakupan pembelajaran Al-Quran bagi penyandang disabilitas, tetapi juga memudahkan kami, para guru pengajar agama Islam untuk anak-anak Tuli, khususnya kajian Al-Qur’an," ujarnya.
Menurut Tri Purwanti, dirinya bersama para penggiat pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus pesantren selalu berkomitmen untuk menjembatani kesenjangan akses informasi dan pendidikan, termasuk di dalamnya akses terhadap Al-Quran bagi semua kalangan. "Sebagai tenaga pengajar yang mengutamakan inklusi sosial, kami selalu berupaya untuk memastikan bahwa pendidikan agama bisa diakses secara menyeluruh oleh semua individu, termasuk kaum difable seperti kaum Tuli," katanya.
Layanan literasi kealqura'anan yang diperkenalkan oleh Kementerian Agama RI diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi tantangan akses informasi bagi kaum Tuli di Indonesia. Dengan menggunakan bahasa isyarat yang dapat dipahami, literasi Al-Quran dapat disampaikan dengan lebih mudah dan lebih efektif kepada mereka yang mengandalkan bahasa isyarat sebagai media komunikasi utama mereka.
Tri Purwanti juga menekankan pentingnya kolaborasi antar lembaga, komunitas-komunitas, instansi dan masyarakat dalam mewujudkan inklusi sosial dalam pendidikan agama. "Kami mengajak semua pihak, baik dari pemerintah, lembaga pendidikan, maupun masyarakat umum untuk bersama-sama mendukung upaya-upaya inklusi seperti ini. Dengan bersatu tangan, kita bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi kemajuan pendidikan dan kesejahteraan sosial di negara kita," paparnya.
Acara "Penguatan Moderasi Beragama Melalui Media Sosial" juga menjadi forum diskusi yang membahas berbagai strategi untuk meningkatkan kebermanfaatan produk hasil kajian LPMQ, khususnya produk untuk penyandang disabilitas melalui media sosial. Akhmad Khotib, seorang peserta kegiatan berharap bahwa inisiatif-inisiatif seperti ini akan terus dilakukan secara berkelanjutan untuk meneguhkan komitmen pelayanan bagi mereka yang berkebutuhan khusus di Indonesia.
Dengan adanya inovasi layanan literasi Al-Quran isyarat ini, diharapkan semakin banyak individu yang dapat merasakan manfaat dari pesan-pesan Al-Quran tanpa hambatan bahasa atau komunikasi. Hal ini sejalan dengan semangat inklusi sosial yang tidak hanya mencakup akses fisik, tetapi juga akses terhadap pendidikan dan informasi sebagai hak asasi setiap individu.
Sebagai penutup, Tri Purwanti mengajak semua pihak untuk mendukung dan menyebarkan informasi mengenai layanan literasi Al-Quran isyarat ini. "Mari kita bersama-sama berkontribusi dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis melalui pendidikan agama yang dapat diakses oleh semua kalangan," tutupnya.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan bahwa langkah positif ini dapat menjadi tonggak baru dalam upaya mencapai inklusi dan kesetaraan dalam akses terhadap pendidikan agama di Indonesia.
Editor: Agus N