Pada hari kedua, workshop dalam bentuk Praktikum Kuliah Lapangan (PKL) dengan tema Studi Manuskrip Al-Qur'an diisi dengan narasumber Saifuddin, M.A.Hum., Abdul Hakim, M.Si., dan tim peneliti LPMQ. Kegiatan ini diselenggarakan di Aula Museum Istiqlal, Gedung Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal TMII, kerja sama Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama dengan STAI al-Anwar Sarang, Rembang.
Saifudin, Kepala Seksi Koleksi dan Pameran BQMI dalam paparannya tentang kajian tekstual Al-Qur’an, menjelaskan bahwa ‘kajian manuskrip Al-Qur’an dapat melahirkan tiga aspek kajian, yaitu filologi, kodikologi, dan paleografi.’ Filologi adalah ilmu yang membahas atau meneliti tentang naskah-naskah lama sebagai hasil karya sastra untuk mengetahui bahasa, sastra, dan budaya bangsa melalui tulisan dalam naskah itu. Filologi menitikberatkan pada “studi teks” atau isi sebuah naskah, oleh karena itu filologi juga sering disebut sebagai ilmu tekstologi, yakni ilmu yang membahas tentang seluk-beluk teks sebuah naskah. Tujuan dari kajian filologi adalah untuk menghadirkan teks yang “ajeg” sedekat mungkin dengan aslinya.’ Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa kajian filologi manuskrip Al-Qur’an adalah menyangkut aspek rasm, dhabt, qira’at, adul-ayi, waqf-ibtida, tafsir, dan terjemahan.
Narasumber kedua, Abdul Hakim, dengan tema ‘Mushaf Kuno: Apa dan Bagaimana?’, menambahkan, untuk teknik kajian tekstual mushaf kuno adalah dengan melihat dan mendekati mushaf kuno tersebut melalui disiplin ilmu terkait. “Mushaf Al-Qur’an terkait erat dengan ilmu-ilmu rasm, dabth, qiraat, addul-ayy, wakaf dan ibtida', oleh karena itu, kaijan mushaf kuno dapat didekati dari masing-masing disiplin ilmu tersebut.”
Pada akhir pertemuan hari kedua ini, peserta PKL juga mendapatkan beberapa petunjuk praktis membedah manuskrip Al-Qur'an di bawah bimbingan Safudin, Muhammad Musaddad, dan beberapa peneliti LPMQ lainnya. (znl)