Bekasi (23/10/2019) - Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) melalui Bidang Pengakajian Al-Qur'an melaksanakan Kajian Tafsir Ayat Kauniyah tahun 2019. Sidang kali ini adalah yang kedua dari dari 4 kali sidang yang diagendakan. Judul "Penciptaan Manusia" telah dipilih. Tim akan mengkaji, menuangkan dalam bentuk makalah sesuai sub judul yang disepakati, dan mendiskusikan hingga tuntas. Untuk mengahasilkan sebuah hasil kajian utuh yang siap diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun anggaran 2020.
Metode penyusunan Tafsil Kauniyah kali ini masih mengikuti pakem metode penyusunan Tafsir Tematik (al-tafsir al-maudhui). Di mana seorang penafsir menentukan telebih dahulu tema tertentu yang akan dibahas, kemudian mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an terkait, dan memberikan penafsiran berdasarkan keterangan para ulama tafsir serta melengkapi dengan penjelasan ilmiah dari pakar sains terkait tema.
Metodologi di atas telah diterapkan oleh tim penyusun Tafsir Ayat Kauniyah pada periode tahun 2009 hingga tahun 2016 dan telah menghasilkan 19 judul buku yang telah diterbitkan.
Meskipun masih dalam satu metodologi dengan pendahulunya, namun pada penyusunan Tafsir Kauniyah kali ini ada perbedaan yang cukup spesifik dari sisi cara penyajian dengan mengikuti pakem penafsiran yang lebih utuh.
Pada Tafsir Ayat Kauniyah dahulu, nampak cita rasa penjelasan sisi sainsnya lebih dominan. Sedangkan penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an perspektif tafsir "murni" agak kurang. Baik dari sisi kebahasaan, asbab nuzul, munasabah ayat, penjelasan ulama tafsir ataupun hadis Nabi. Hal inilah yang kemudian akan disempurnakan dalam peyusunan Tafsir Kauniyah kali ini. Dengan model penyajian yang disebut dengan Tafsir Kauniyah Maudhui Muqayyad atau tafsir ayat-ayat kauniyah tematik yang spesifik.
Penerapan metodologinya dimulai dengan penetapan judul, kemudian menghimpun seluruh ayat-ayat Al-Qur'an terkait judul, menafsirkan ayat secara lebih utuh dari berbagai aspeknya (makna kata, asbab nuzul bila ada, munasabah ayat, nasikh mansukh dan hadis Nabi) serta melengkapinya dengan penjelasan para ulama dari sudut pandang kitab-kitab tafsir klasik dan dikomparasikan dengan penjelasan kitab-kitab tafsir modern, baru melangkah pada penafsiran dari aspek saintifik, sesuai dengan perkembangan pengetahuan terkini.
Hal lain yang berbeda adalah pada setiap akhir pembahasan satu sub judul harus dilengkapi dengan kesimpulan yang bersifat 'hidai' atau renungan. Berisi tentang ibrah atau pelajaran yang bisa diambil dari tema ini. Tujuannya agar pembaca semakin tunduk dan dekat kepada Allah swt.
Seperti dipesankan oleh Dr. Eng. Yunus Daud, M. Sc, salah seorang narasumber pada kajian ini, "Bahwa tujuan akhir dari penyusunan Tafsir Kauniyah ini adalah agar pembaca sampai pada satu kondisi pemahaman dan keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah mutlak kebenarannya. Sehingga mereka takjub dan tunduk kepada Allah." Jelas dosen Fakultas MIPA Universitas Indonesia tersebut pada hari Selasa (23/10) di Bekasi.
Selain itu Yunus juga mengingatkan, agar dalam menyusun tafsir ini, tim berhati-hati dalam mengutip hasil penelitian sains. "Kita harus hati-hati menjelaskan sains dalam tafsir. Karena kebenaran sains sifatnya hipotesis empirik. Eksperimental. Mungkin keliru atau berubah oleh temuan terbaru lainnya. Padahal informasi Al-Qur'an adalah bersifat mutlak." Urainya menambahkan. [bp].