Diseminasi di Kepri, Kepala LPMQ Tekankan Pentingnya Menghargai Budaya Lokal

Diseminasi di Kepri, Kepala LPMQ Tekankan Pentingnya Menghargai Budaya Lokal

Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ), Abdul Aziz Sidqi, menekankan pentingnya masyarakat menghargai dan menghormati budaya lokal. Penghormatan terhadap budaya dan kearifan lokal menjadi satu dari empat indikator moderasi beragama yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, dan sikap anti kekerasan.

Hal itu disampaikan Aziz dalam kegiatan Diseminasi Hasil Kajian Al-Qur'an LPMQ yang mengusung tema "Penguatan Literasi Al-Qur'an dalam Bingkai Moderasi Beragama" di Dabo, Singkep, Kepulauan Riau. Terlebih, tradisi dan budaya yang tumbuh di masyarakat Melayu sarat dengan ajaran-ajaran Islam.

"Indikator terakhir dalam moderasi beragama adalah kita sebagai warga negara Indonesia harus mampu menghargai budaya dan tradisi yang tumbuh dan  berkembang di masyarakat, dengan catatan bahwa adat istiadat tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama," jelas Aziz, Jumat (31/05/2024) dalam kegiatan yang terselenggara atas kerjasama LPMQ dengan Ponpes Tahfiz Baitul Qur'an, Dabo, Singkep, Kepri. "Marilah kita jaga tradisi dan budaya masyarakat Melayu yang sarat dengan nilai-nilai ajaran Islam ini," seru Aziz melanjutkan.

Sementara itu, Drs. Azmi, selaku narasumber mengatakan, masyarakat Melayu memiliki adat dan tradisi luhur yang banyak terinspirasi dari ajaran Al-Quran. Dalam masyarakat Melayu ada falsafah yang menjadi landasan hidup yaitu 'Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi KItabullah'. Dengan filosofi ini masyarakat Melayu menjadikan ajaran Islam sebagai satu satunya pedoman dalam menjalani hidup dan berperilaku.

"Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah merupakan salah satu filosofi hidup yang dipegang masyarakat Melayu. Mereka menjadikan Islam sebagai landasan utama dalam tata pola perilaku dalam nilai-nilai kehidupan," terang Azmi yang saat ini menjabat sebagai

Ketua Umum Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau, Kab. Lingga. Azmi mencontohkan, salah satu nilai yang diajarkan melayu secara turun temurun adalah soal adab, di antaranya adad mulut, adab mata, adab tangan, adab kepala, dan lainnya. Adab-adab tersebut mengandung nilai-nilai luhur yang diwarnai  ajaran Islam. "Jika seseorang mengulurkan tangannya kepadamu untuk memberi salam, maka sambutlah tangannya dengan tangan kananmu, itulah adab tangan, " Jelas Azmi. "Jika seseorang datang kepadamu saat kamu tidak menggunakan penutup kepala, segeralah memakai songkok untuk menjaga kehormatannya," Itulah adab kepala tambah Azmi.

Selain adab, Masyarakat Melayu juga mewariskan ajaran kewajiban terhadap tanah air. Dalam ajaran itu ditegaskan bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Sesungguhnya cinta dan ikhlas kepada orang yang memerintah itu adalah tanda cinta terbesar kepada tanah air.

Dalam kesempatan tersebut, pimpinan pesantren Baitul Qur'an (BQ), Kh. Muhammad Nizar, MA menyatakan berdirinya pesantren BQ 12 tahun yang lalu turut mewarnai tradisi yang berkembang di Melayu, khususnya masyarakat Dabo, Singkep. Menurutnya, sebelum BQ berdiri, tradisi menghafal Al-Qur'an 30 juz belum begitu dikenal. "Al-hamdulillah, setelah 12 tahun BQ berdiri, telah melahirkan 55 orang hafiz dan hafizah." Jelas kiyai muda kelahiran Lingga, Kepri, alumni pesantren Madrasatul Qur'an, Tebu Ireng, Jawa Timur.

 

Editor: Agus N

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved