Jakarta (30/10/2017) - Prof A.A Oka Mahendra S.H, pakar hukum yang hadir menjadi Narasumber, tertarik dengan paparan dari Kepala LPMQ. Ia sangat mendukung apa yang sudah dilakukan oleh BQMI dan mendukung rencana pengembangan yang akan dilakukannya.
"Saya setuju dengan apa yang disampaikan pak mukhlis tadi bahwa museum itu bukan hanya tempat untuk menyimpan artefak, naskah atau benda-benda kuno yang sudah tidak dipakai lagi. Museum itu adalah sesuatu yang dinamis dan mengikuti perkembangan untuk membangun pendidikan," ucapnya dengan semangat.
Ia juga memberikan masukan agar BQMI yang sedang mulai dikembangkan bisa mengakomodir kebutuhan semua kalangan. Hal ini agar masyarakat dari semua umur dan kalangan manapun termasuk wisatawan asing bisa berkunjung dan mendapatkan pelajaran yang berharga dari BQMI.
"Jadi nantinya baik anak-anak maupun dewasa setelah berkunjung di BQMI mendapatkan tambahan pengetahuan tentang Islam yang ada di Indonesia. Semoga dengan begitu religiusitasnya bertambah."
Putu Supadma Rudana, MBA, Anggota DPR RI Komisi X yang juga hadir sebagai Narasumber menanggapi paparan Kepala LPMQ yang mengelola BQMI. Ia menyatakan mendukung dan siap mengawal langkah-langkah pengembangan yang dilakukan oleh museum, baik museum negeri maupun museum swasta.
"Saya mendukung rencana museum yang ingin berkembang. Dalam hal ini saya juga tidak ingin hanya museum yang dibiayai oleh negara saja yang berkembang, tetapi museum swasta pun seharusnya juga diperhatikan," jelasnya.
Ia juga siap membantu BQMI dalam koordinasi pengembangannya kepada pemerintah melalui jalur koordinasi kelembagaan. Hal ini agar BQMI sebagai museum yang sangat khusus dan melakukan edukasi religi dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
"Kemenag secara soft bisa membuat museum ini sebagai rumah pusat pengetahuan sejarah Islam di Indonesia. Saya akan bicara kepada kawan-kawan di komisi VIII untuk membicarakan museum ini (BQMI). Kalau BQMI ini yang berada di bawah Kemenag, nanti saya akan koordinasi melalui Menko PMK (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)."
Hadir pada acara diskusi para pejabat dari museum se-TMII yang tergabung dalam AMIKA, perwakilan dari Museum Nasional, perwakilan dari Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud, komunitas pecinta museum, mahasiswa dari beberapa kampus di Jakarta, dll. [Ibnu Athoillah]