Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) menggelar Sidang Penyusunan Panduan Tajwid Al-Qur'an Braille tahap kedua pada Rabu, 24 - 26 April 2024 di Vasaka Hotel Jakarta. Kegiatan ini melibatkan para ahli dan praktisi pengajaran dan penerbitan Al-Qur’an Braille dari berbagai lembaga di Indonesia seperti Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Bandung, SLBN Pembina Tingkat Nasional Jakarta, Yayasan Penyantun Wyata Guna (YPWG) Bandung, Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) Yogyakarta, Yayasan Roudlotul Makfufin (YRM) Tangsel, Yayasan Sam'an Netra Mulia Bandung, Yayasan Pendidikan Anak Buta Surabaya, Yayasan Mitra Netra Jakarta, Sahabat Mata Semarang, Yayasan Media Adaptive Lampung, Yayasan Raba (Rumah Al-Qur’an Braille Al Ihya) Jakarta, Forum Komunikasi Guru (FKH) PAI Bandung, Sentra Terpadu Pangudi Luhur Bekasi Kementerian Sosial RI, dan Umi Maktoum Voice Bandung.
Kepala Lajnah, Abdul Aziz Sidqi dalam laporannya menyampaikan bahwa kajian penyusunan panduan tajwid Al-Qur'an Braille merupakan lanjutan dari kegiatan tahun sebelumnya yang sudah menyusun metode Panduan Membaca Al-Qur'an Braille (IQRO'NA) yang sudah dilaunching tahun 2023.
"Panduan Tajwid Ini sangat penting karena membaca Al-Qur’an harus dengan tajwid, bagaimana membaca harakat panjang (mad), sifatul huruf dan makhrojnya. Karena itu kalau hanya dengan panduan membaca IQRO'NA itu belum cukup," lanjut Kepala Lajnah.
Kepala Lajnah juga berharap dengan buku Panduan Tajwid ini teman-teman tunanetra bisa belajar Al-Qur'an dengan tajwidnya sehingga bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Suyitno dalam sambutannya ketika membuka acara ini menyampaikan bahwa penyusunan panduan tajwid ini adalah penyempurnaan dari produk Kemenag sebelumnya yaitu Al-Qur'an Braille, Panduan Membaca Al-Qur'an Braille IQRO'NA, dan yang saat ini disusun adalah panduan tajwid Al-Qur'an Braille.
Selanjutnya Kepala Badan berharap panduan teori tajwid ini akan dilengkapi dengan praktik membaca Al-Qur'an dalam bentuk rekaman suara (voice) dalam bentuk digital. Beliau juga berharap kajian akan dilanjutkan dengan penyusunan tafsirnya, karena Al-Qur'an tidak cukup hanya dibaca tetapi juga difahami isinya melalui tafsir Al-Qur’an. (ANQ)