Sebagai wujud komitmen untuk memberikan akses yang lebih luas terhadap kitab suci Al-Qur’an dan media pendukungnya bagi penyandang disabilitas sensorik netra (PDSN), Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) menggelar Sidang Penyusunan Panduan Tajwid Al-Qur'an Braille pada Rabu, 21 Februari 2024 di Vasaka Hotel Jakarta. Kegiatan ini melibatkan para ahli dan praktisi pengajaran dan penerbitan Al-Qur’an Braille dari berbagai lembaga di Indonesia.  

Kegiatan ini merupakan upaya LPMQ menghadirkan Panduan Tajwid Al-Qur’an Braille yang akan memberikan penjelasan teoretis bagi Panduan Membaca Al-Qur’an Braille (Iqro’na) yang telah disusun dan diterbitkan pada tahun 2023. Jika Iqro’na sebagai bahan ajar untuk siswa, maka Panduan Tajwid yang akan disusun sebagai pegangan para guru/pengajar Al-Qur’an Braille.

Kepala Lajnah, Abdul Aziz Sidqi dalam pengarahannya saat membuka acara menyampaikan dua prinsip dasar yang harus menjadi landasan dalam penyusuan panduan tajwid Al-Qur’an. Pertama, semangat penyusunan panduan tajwid ini harus tetap mengacu pada Panduan Praktis Membaca Al-Qur’an Braille (Iqro’na) dan Pedoman Membaca dan Menulis Al-Qur’an Braille edisi revisi yang telah disusun sebelumnya. Kedua, hendaknya Panduan Tajwid Al-Qur’an Braille ini dapat disusun semudah mungkin bagi pengguna, tidak terlalu sulit, namun tetap memberikan pemahaman yang mendalam.

"Tujuan kami bukan hanya menyediakan akses, akan tetapi juga memastikan agar dapat diakses dengan mudah oleh Penyadang Disabilitas Sensorik Netra. Dengan prinsip tersebut, kami berharap dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan literasi Al-Qur'an pada teman-teman disabilitas," ujar Kepala Lajnah.

Sidang perdana ini diharapkan dapat menyepakati draf rancangan yang akan dijadikan dasar dalam penyusunan Panduan Tajwid Al-Qur’an Braille. Draf tersebut didasarkan dari hasil telaah terhadap panduan tajwid yang pernah disusun oleh sejumlah lembaga serta saran dan usulan dari para ahli dan praktisi. [lr]

Editor: Mustopa