Untuk kedua kalinya, di tahun 2021, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) melaksanakan Sidang Penyusunan Pedoman Membaca Al-Qur’an Bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara (PDSRW). Hadir dalam kegiatan tersebut berbagai elemen masyarakat pemerhati dan penggiat pendidikan PDSRW antara lain: Dewan Pengurus Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (DPP PPDI), Tenaga pengajar SLBN, Perwakilan Direktorat PMPK Kemendikbud, Perwakilan Direktorat Rehsos PD Kemensos, Perwakilan Balai Rehsos PDSRW, Pimpinan Majlis Taklim Tuli Indonesia, Pesantren ABATA Temanggung, Dosen PLB FIP UPI, Pengurus Yayasan Ibtisamah Mulia, dan sejumlah pegawai LPMQ yang menjadi fasilitator kegiatan.
Menurut H. Deni Hudaeny, MA, Kepala Bidang Pentashihan Al-Qur’an LPMQ yang menjadi penanggung jawab kegiatan, pada pertemuan pertama peserta sidang telah menyepakati dua pendekatan yang akan digunakan dalam membaca Al-Qur’an untuk PDSRW yaitu pendekatan isyarat (non verbal) dan pendekatan dengan verbal (oral). Adapaun dalam pertemuan kedua ini dia berharap peserta dapat merumuskan dan menetapkan bentuk-bentuk isyarat dalam membaca Al-Qur’an bagi PDSRWi beserta tanda bacanya.
“Pada sidang kedua kali ini, target kita adalah menetapkan isyarat apa yang akan dipakai sebagai pedoman bagi tuli dalam membaca Al-Qur’an dan tanda bacanya,” ujar Deni dalam sambutannya sebelum membuka kegiatan yang berlangsung pada hari Senin (5/4) di Bogor, Jawa Barat.
Tada baca yang dimaksud adalah tanda baca yang lazim disematkan dalam rangkaian huruf-huruf pada ayat Al-Qur’an namun dalam bentuk isyarat. “Bagaimana bentuk isyarat harakat fathah, kasrah, damah, sukun, bentuk isyarat hukum mad, isyarat mendengung dan sebagainya,” jelasnya menambahkan.
Tak lupa, Deni juga menyampaikan beberapa pesan kepala LPMQ yang berhalangan hadir dalam kegiatan yaitu selain menyepakati bentuk isyarat dan harakat dalam membaca Al-Qur’an, sidang kali ini bisa menghasilkan beberapa contoh bacaan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an yang telah dikonversi dalam bentuk isyarat. “Ya, syukur-syukur bisa sekaligus menyelesaikan Juz Amma dalam bahasa isyarat,” harap Deni bersemangat.
Pada sesi kedua, peserta kegiatan disuguhi paparan materi oleh M. Ilham Nur Hakim, pembuat aplikasi Qur’an Isyarat pertama di Indonesia untuk tuna rungu berbasis visual dan oral yang telah tersedia di Playstore Android. Para peserta sidang memberikan apresiasi yang tinggi atas jerih payah Ilham dalam mengembangkan aplikasi, meskipun sejumlah masukan dan kritikan terkait konten aplikasi juga ramai disampaikan dalam sesi tanya jawab.
Keberadaan aplikasi itu juga berhasil menginspirasi Kementerian Agama untuk memasukkan pengembangan aplikasi Al-Qur’an Android untuk PDSRW dalam roadmap keberpihakan Kemenag kepada PDSRW jangka menengah dan jangka panjang.
“Kedepan, Kementerian Agama, dalam hal ini diwakili oleh LPMQ, insyaallah akan membuat aplikasi Al-Qur’an Android untuk PDSRW sebagai salah bentuk pengembangan dari hasil kegiatan ini; tentunya dengan kualitas konten yang lebih baik berdasarkan masukan dan kesepakatan-kesepatan teman PDSRW,” tegas Deni optimis. [bp]