Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) menyelenggarakan kegiatan Pembinaan Pengguna Mushaf Al-Qur’an Isyarat di Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa 25/06/2024. Acara yang digelar di Balai Diklat (BDK) Semarang, Jl. Temugiring, Kec. Banyumanik, Kota Semarang ini mengangkat tema “Sahabat Tuli Bisa Mengaji”. Hadir dalam acara; Kepala LPMQ, Abdul Aziz Sidqi, Kepala BDK Semarang, Muchammad Toha, dan Ketua Tim Penyusun Mushaf Al-Qur’an Isyarat, Deni Hudaeny Ahmad Arifin.

Dalam laporan penyelenggaraan acara, Deni menyebut tema “Sahabat Tuli Bisa Mengaji” penting untuk diangkat karena menurutnya selama ini teman-teman tuli Muslim belum mengenal kitab suci agama mereka, Al-Qur’an. Ia berharap kegiatan tersebut menjadi tahap awal bagi sahabat-sahabat tuli untuk bisa mengaji. Selanjutnya sahabat tuli mahir mengaji, dan pada level berikutnya sahabat tuli mengajar mengaji. “Mudah-mudahan, Insya Allah melalui beberapa kegiatan yang bisa dilakukan, roadmap kita akan mengarah kepada sahabat tuli mengajar mengaji,” jelas Deni.

Kepala BDK Semarang, Muchammad Toha, dalam sambutannya mengapresiasi dan menyambut baik kegiatan yang diselenggarakan di kantornya tersebut. Menurutnya, merupakan sebuah kebanggaan dapat menyambut dan menyelenggarakan kegiatan Pembinaan Pengguna Mushaf Al-Qur’an Isyarat bekerja sama dengan LPMQ. “Yang dibawa kesini (kegiatan ini, red) itu adalah tokoh-tokoh yang berhubungan dengan Al-Qur’an. Biar berkahnya itu bertebaran di kelas BDK ini. Biar memberikan atsar yang luar biasa bagi kantor ini dan menjadikan hati kita lembut,” harap Toha.

Sementara itu, Kepala LPMQ, Abdul Aziz Sidqi, dalam arahannya menyebut bahwa al-Qur’an adalah kitab suci untuk seluruh umat Islam. Tidak ada pengecualian. “Al-Qur’an itu untuk semuanya. Karena itu LPMQ sejak tahun 1974 bersama-sama menyusun yang disebut dengan Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia. Ada tiga Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia yang ditetapkan melalui KMA No. 25 tahun 1984,” jelas Aziz.

Lebih lanjut, Aziz merinci segmentasi Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia. Pertama. Mushaf Al-Qur’an Standar Usmani, yaitu mushaf yang biasa dibaca umat Islam di Indonesia adalah mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia rasm usmani. Kedua, mushaf Al-Qur’an standar Bahriyah atau al-Qur’an pojok yang sudah biasa dan familiar untuk menghafal Al-Qur’an. Ketiga, mushaf Al-Qur’an braille. Mushaf ini dikhususkan untuk teman-teman tunanetra.

Sedangkan untuk tunarungu, Aziz menjelaskan bahwa dalam rangka untuk keadilan dan penyetaraan hak, tunarungu saat ini juga mempunyai hak yang sama, yaitu aksesibilitas hak mendasar keagamaan berupa kitab suci Al-Qur’an yang dibaca dengan media yang relevan dengan kemampuan mereka. “Mereka-mereka ini selama ini kebingungan, untuk membaca Al-Qur’an bagaimana caranya? Karena itu, walaupun terlambat, baru mulai tahun 2020, tapi minimal terlambat daripada tidak sama sekali,” terang Aziz.

Pemenuhan hak keagamanaan tersebut disebut Aziz bahwa sejak tahun 2020 hingga saat ini pihaknya sudah menyusun buku pedoman membaca Al-Qur’an isyarat yang disepakati bersama oleh tunarungu. “Kami dari LPMQ melibatkan dan memberikan fasilitas (menjadi fasilitator, red) di mana seluruh yang menyusun adalah teman-teman/sahabat tuli. Karena negara harus hadir melayani seluruh umat, termasuk dalam hal ini tidak membeda-bedakan teman-teman disabilitas. Disabilitas netra sudah lama kita sediakan mushaf berbarengan dengan teman kita yang awas. Untuk sahabat tuli, memang agak terlambat karena informasi yang kami dapat baru belakangan ini. Sebenarnya keinginan itu sudah ada sejak lama, tapi baru ini dibukakan oleh Allah supaya kita juga memberikan pelayanan kepada sahabat-sahabat tuli,” pungkas Aziz. (MZA)

Editor: Agus N