Mengawali paparannya selaku narasumber Muhammad Safii Alielha atau dikenal dengan sapaan Savic Ali, mengungkapkan rasa herannya, mengapa produk-produk hasil kajian Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) yang bagus-bagus tidak dia ketahui. Padahal setiap hari ia aktif mengelola situs-situs daring yang sebagian besar kontennya adalah kajian keislaman. Dari fakta ini dia berasumsi, kemungkinan masyarakat luas juga banyak yang belum mengenal lembaga bernama LPMQ berikut produk-produk hasil kajiannya. Hal ini sekaligus menunjukkan ada sesuatu yang belum efektif dalam sistem sosialisasi yang selama ini dilakukan oleh LPMQ.
"Di era medsos seperti sekarang ini, menyampaikan pesan kepada 100 ribu orang tanpa biaya pun bisa. Dan itu sangat mudah, bila kita punya jaringan. Cukup disayangkan bila kita tidak memanfaatkan kemudahan-kemudahan ini," ungkap salah satu founder situs Nu Online dan Islamidotco tersebut dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Penyiapan Bahan Kajian Berbasis Media Sosial di Gedung Bayt Al-Qur'an Taman Mini Indonesia Indah, Selasa (23/06).
Savic menambahkan, untuk memperoleh kemudahan-kemudahan dalam medsos tentu saja harus memiliki platform medsos yang marak dikunjugi publik. LPMQ dalam hal ini sudah mengelola beberapa platform medsos, seperti website, Facebook, Youtube, IG dan Twitter. Berikutnya, platform-platform medsos tersebut harus dikelola secara profesional dan konsisten.
“Harus ada team work yang kuat. Terdiri dari admin yang bertugas merespon pengunjung, tim pengisi konten, tim publikasi dan petugas yang secara khusus memantau perkembangan situs melalui Google Analitik. Agar semua tim bekerja secar efektif, tugas tim tidak boleh tumpang tindih. Tim konten tidak boleh merangkap sebagi admin, karena fungsinya berbeda dan tidak akan efektif.” Jelasnya menambahkan.
Savic juga secara khusus menyoroti hal lainnya yang banyak dilupakan oleh pengelola situs online yaitu meriset key word online. Tujuannya adalah agar pegelola situs online mengetahui minat publik ataupun isu-isu apa yang sedang diminati publik. Menurut Savic, riset key word online juga bisa dilakukan setelah konten dilempar ke publik, setelah itu dipantau apakah konten tersebut diminati atau tidak? Bagaimana feed backnya? Setelah itu dilakukan evaluasi. Semua ini harus dilakukan secara rutin.
“Konten yang akan kita lempar ke publik harus berdasarkan riset key word. Sesuaikan dengan apa minat publik dan segmen pasar yang akan kita bidik. Jangan melempar konten hanya berdasarkan selera kita. Hasilnya tidak akan maksimal. Akhirnya putus asa,” tukas direktur situs Nu online tersebut berpesan.
Data yang dihasilkan dari riset key word harus ditindaklanjuti dengan cepat. Di dunia online setiap pengelola situs tidak boleh kehilangan momentum, harus cepat merespon minat publik, bila ingin mendapatkan banyak pengunjung.
Selain itu, bagi pengelola situs-situs keislaman, wajib memiliki perencanaan konten secara berkala. Momen hari-hari besar Islam mesti dimasukkan dalam daftar konten. Dan yang terakhir, untuk membesarkan situs online adalah soal kolaborasi dengan pihak lain, baik individu ataupun kelompok. Kita butuh partner kolaborasi untuk meringankan tugas kita, saling memberi manfaat dan mengenalkan situs yang kita kelola agar cepat dikenal publik luas. Di Dunia online kita juga tidak bisa bekerja sendirian. (bp)