Dalam rangka merespon dinamika dan perkembangan penulisan mushaf Al-Qur’an, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) mengadakan acara Penyempurnaan Pedoman Membaca dan Menulis Mushaf Al-Qur’an Braille. Perkembangan dimaksud diantaranya adalah penyempurnaan penulisan 180 kata pada Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia. Acara ini diselenggarakan pada Selasa (08/09) di Best Western Premier The Have, Jakarta.

Pada sesi pembukaan, Kepala LPMQ, Dr. Muchlis M. Hanafi, MA menjelaskan bahwa kegiatan ini dilakukan selain sebagai amanat Undang-Undang Pasal 14 tentang keberpihakan pemerintah terhadap penyandang disabilitas, juga merupakan kewajiban muslim terhadap muslim lainnya.

Acara ini diikuti oleh sebanyak 42 peserta yang mewakili sejumlah lembaga dan komunitas disabilitas netra dari berbagai wilayah, diantaranya Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) Jogjakarta, Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Bandung dan Jawa Timur, Raudatul Makhfufin Tangerang, Sahabat Mata Semarang, Yayasan Sam’an Netra Mulia Bandung, Umi Makhtoum Voice Bandung, Yayasan Penyantun Wyata Guna (YPWG) Bandung, Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI), Forum Komunikasi Guru PAI, SLBN Pembina Jakarta, BRSPDSTN Bekasi timur, dan dari LPMQ sendiri.

“Yang kita sempurnakan itu tulisannya, karena tulisan itu ada intervensi manusia, sehingga ada ijtihad di situ. Karena itu, penyempurnaan ini masih dalam kerangka ijtihadi tadi. Tujuannya adalah bagaimana Al-Qur’an itu mudah diakses dan dibaca oleh semua kalangan,” jelas Kepala LPMQ pada sesi pembukaan.

Diantara penulisan yang disempurnakan adalah penulisan 180 kata pada Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia. Mengenai apakah 180 kata ini akan diterapkan pada mushaf Al-Qur’an Barille, bergantung pada kesepakatan sidang. “Diterapkan atau tidak, itu semua kita kembalikan kepada para pengguna, mana yang mudah, itulah nanti yang kita sepakati, sehingga mushaf Braille yang dihasilkan adalah milik kita Bersama”, pungkas Muchlis. [Must]