Manuskrip Al-Qur’an koleksi Museum La Galigo, Makassar, ini masih cukup baik. Kertas yang digunakan masih bagus, hanya saja beberapa halamannya termakan tinta sehingga sedikit berlubang. Naskah ini ditulis di atas kertas Eropa dengan cap kertas Pro Patria. Ukurannya 33 x 20,5 cm. Jumlah halaman 613 halaman dengan tebal sekitar 7 cm. Warna tinta yang digunakan untuk menulis teks ayat adalah hitam. Sedangkan untuk hiasan dan iluminasi menggunakan warna hitam, merah dan kuning emas. Jumlah baris pada halaman biasa 15 baris. Penulisan pada mushaf ini menggunakan sistem pojok, yakni setiap akhir halaman diakhiri dengan penghabisan ayat.

Kondisi kertas mushaf ini terlihat kekuning-kuningan karena lembap, dan pada beberapa halaman awal dan akhir sudah rapuh dan sobek. Namun demikian tulisan teksnya masih cukup jelas. Naskah ini ditulis menggunakan kertas Eropa dengan cap kertas Pro Patria. Ukurannya 32 x 19,5 cm. Mushaf ini terdiri dari 492 halaman. Warna tinta hitam digunakan untuk menulis teks ayat, sementara iluminasi menggunakan tinta hitam dan merah. Jumlah baris pada halaman biasa 17 baris. Sementara qiraat yang dipakai pada mushaf ini adalah qiraat Nafi' riwayat Qālūn.

Mushaf ini merupakan koleksi museum La Galigo Makassar Sulawesi Selatan. Di antara koleksi mushaf lainnya, mushaf ini merupakan mushaf dengan kondisi fisiknya paling baik. Cover dan kertasnya masih bagus, demikian juga tulisan teksnya masih cukup jelas, ditulis di atas kertas Eropa dengan cap kertas Crescent (NP ND)  Mobey Coll. Ukurannya 33 x 24 cm. Tebal mushaf 631 halaman, sekitar 7 cm. Warna tinta yang digunakan untuk menulis teks ayat, hitam dan merah, sedangkan untuk iluminasi menggunakan warna merah, kuning, hijau, biru dan hitam. Jumlah baris pada halaman biasa, 15 baris. Sistem penulisan menggunakan sistem pojok, yakni setiap akhir halaman diakhiri dengan ayat, dan kata alihan (catchword) terdapat pada akhir halaman sebelah kanan.

Ada sebuah pameo bagi pelancong ke Singapura: “Belum dikatakan berkunjung ke Singapura sebelum sampai ke Taman Merlion. Namun bagi sebagian kalangan, pameo ini diubah menjadi: “Belum dikatakan berkunjung ke Singapura jika tidak berkunjung ke Masjid Ba’alwi.

Sebagaimana umumnya, Masjid Baalwi yang terletak di daerah Perumahan Bukit Timah adalah salah satu masjid yang dijadikan sebagai tempat beribadah kaum muslim Singapura. Masjid ini didirikan oleh Habib Muhammad bin Salim bin Ahmad bin Hasan al-‘Aththas pada tahun 1952. Ia menjadi istimewa karena di samping sebagai sarana ibadah, masjid ini oleh pemiliknya sekarang, al-Habib Hasan bin Muhammad bin Salim bin Ahmad bin Hasan al-‘Aththas (anak dari pendiri masjid ini),  juga dijadikan sebagai museum, terutama tentang peradaban Islam. Dikatakan demikian, karena masjid ini tidak hanya mengoleksi berbagai benda peninggalan peradaban Islam dari berbagai belahan dunia, namun juga terdapat beberapa koleksi berupa Taurat (Kitab Perjanjian Lama) dan Injil (Kitab Perjanjian Baru). 

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki koleksi mushaf kuno yang relatif banyak jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Pada penelitian tahun 2011 oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) ditemukan sembilan mushaf kuno di beberapa kota, yaitu tiga di Museum La Galigo Makassar, dua di Museum Balla Lompoa Gowa, dua koleksi pribadi di Sinjai, dan dua koleksi pribadi di Wajo. Meskipun penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti LPMQ baru menemukan sembilan mushaf kuno, namun potensi jumlah tersebut bisa bertambah seiring dengan informasi yang datang dari masyarakat.

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved