Mushaf Al-Qur’an yang dijilid per juz ini termasuk unik dan langka. Tidak banyak manuskrip Al-Qur’an yang seperti ini. Umumnya dijilid satu mushaf penuh atau setengahnya. Selain mushaf yang akan penulis bahas ini, mushaf kuno per juz yang pernah ditemukan tim peneliti dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) adalah yang terdapat di Maluku Utara, tepatnya di Masjid Jim, Kampung Makasar, Ternate.

Mushaf Al-Qur’an per juz yang penulis bahas kali ini adalah yang berasal dari Surau Pondok Ketek Syekh Burhanuddin Ulakan, Pariaman, Sumatera Barat. Jumlahnya lumayan banyak. Sesuai hasil penelusuran penulis bersama tim  peneliti LMPQ, mushaf kuno per juz di surau ini ada sebanyak 18 manuskrip.

Kebutuhan masyarakat Indonesia pada mushaf Al-Qur’an terbilang tinggi. Kebutuhan yang tinggi ini tidak hanya mengemuka saat ini namun juga pada masa lalu mengingat Indonesia dikenal sebagai wilayah dengan jumlah penduduk muslim yang banyak. Pada masa awal, sebelum ditemukannya mesin cetak, pengadaan mushaf Al-Qur’an dilakukan secara manual dengan cara ditulis atau disalin menggunakan tangan, dan hasilnya disebut dengan manuskrip Al-Qur’an. Dalam penelitian Lajnah, jumlah mushaf Al-Qur’an tulisan tangan di Nusantara terbilang sangat banyak; jumlahnya tidak hanya ratusan, tapi bahkan ribuan. Jumlah yang banyak ini tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia mulai dari Aceh, Medan, Palembang hingga Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Nusa Tenggara Timur dengan ciri dan karakternya masing-masing.

Allah yang Maha Rahman menyiapkan segala kebutuhan hidup bagi setiap makhluk-Nya. Mentari dengan setia menyinari bumi, menghangatkan, sekaligus memberi manfaat untuk kehidupan. Oksigen tersedia melimpah di sekitar permukaan bumi, dan bukan di luar angkasa, karena kehidupan makhluk hidup pada umumnya berada di sana. Demikian pula air, kumpulan molekul yang tersusun dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen ini banyak tersedia di bumi, di laut, danau, sungai, di dalam tanah dan di atmosfer berupa uap air yang biasa tampak sebagai awan. Semuanya disediakan oleh Allah untuk menunjang kebutuhan mendasar makhluk hidup ciptaan-Nya yang berada di bumi.

Mushaf milik Hasyim Kudus, Baubau, Buton (detail). (Foto: Ahmad Jaeni dan Mustopa)

Mushaf-mushaf di Indonesia Timur tentu saja bukan hanya dari Bugis. Penyalinan mushaf dila­kukan oleh masyarakat muslim lainnya yang tinggal di berbagai wilayah gugusan kepulauan di Indonesia Timur yang luas.

Salah satu 'anggota keluarga' mushaf Bugis tertua, disalin 1731. Koleksi Perpusnas RI, Jakarta, A.49.

Mushaf-mushaf dari Indonesia timur sangat penting dalam peta penyalinan mushaf di Nusantara. Ini dapat dilihat paling tidak dari empat hal sekaligus, yaitu ketuaannya, luasnya persebaran, lengkapnya kandungan mushaf, dan iluminasinya. Keempat hal ini tampak dalam sejumlah mushaf yang disalin dalam tradisi Bugis.

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved