Polemik faham keagamaan antara “Kaum Tuo” yang dimotori oleh Syekh Sulaiman Arrasuli cukup marak ketika terjadi benturan dengan “Kaum Mudo” yang diwakili oleh Dr. Haji Abdul Karim Amrullah. Pada kesimpulannya, Syekh Sulaiman Arrasuli berpendapat, “Adat basandi Syara’, Syara’ basandi Kitabullah”. Upaya damai yang ditawarkan olehnya dalam mengantisipasi gerakan pembaharuan yang cenderung membid’ahkan tradisi dan adat.

Di dalam muqaddimah kitab tafsirnya, al-Ibriz, K.H. Bisri Mustofa mengatakan: “Kangge nambah khidmah lan usaha ingkang sahe lan mulya punika, dumateng ngersanipun para mitra muslimin ingkang mangertos tembung daerah Jawa, kawula segahaken tarjamah tafsir Alquran al-Aziz mawi cara ingkang persaja, entheng, cetha gampang fahamipun.”

Selain ulama yang terkenal pada abad ke-18 di Sukabumi, Ajengan Ahmad Sanusi adalah seorang yang mampu membangun konstruksi pemikiran sekaligus penulis yang produktif dalam karya-karya keagamaan. Ajengan Ahmad Sanusi adalah salah seorang tokoh yang berpengaruh dalam arsip pendaftaran orang Indonesia Jang Terkemoeka jang ada di Djawa pada 1942. Ajengan Ahmad Sanusi merupakan tokoh produktif karena keluasan pemikiran dan wawasannya dalam berbagai disiplin keilmuan, khususnya keagamaan. Tercatat tidak kurang dari 400an judul kitab yang pernah ditulis olehnya, baik yang menggunakan bahasa Sunda maupun Indonesia/Melayu. Kitab-kitab tersebut mencakup berbagai bidang disiplin ilmu seperti akidah, fiqih, tasawuf, akhlaq, tata bahasa Arab, bahkan politik dan ekonomi Islam. Di antara pemikiran keagamaan Ajengan Ahmad Sanusi yang terungkap adalah mengenai pentingnya mendalami dan mempelajari hakikat, syariat, dan tarekat bagi kaum muslimin, khususnya yang akan mendalami tasawuf.

Ulama-ulama Nusantara telah melahirkan karya-karya tafsir Al-Quran sebagai jawaban dari dialog teks dan realitas lingkungannya pada masa tertentu. Di antara karya muslim di Nusantara tersebut adalah tafsir Jā mi‘ al-Bayān min Khulāṣati Suwar Al-Qur’ān karya Syekh Muhammad bin Sulaiman bin Zakarya.

“Al-Qur’an bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut yang lain, dan tidak mustahil jika kita mempersilahkan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat lebih banyak daripada apa yang kita lihat.” Ilustrasi ini menggambarkan: Al-Qur’an sebagai sebuah teks telah memungkinkan banyak orang untuk melihat makna yang berbeda-beda di dalamnya. Dari berbagai metodologi yang disuguhkan, para mufasir kerap mempunyai corak sendiri yang menarik untuk ditelusuri. Dari mulai menafsirkan kata perkata dalam setiap ayat sampai menghubungkannya dengan fiqh, politik, ekonomi, tasawuf, sastra, kalam, dan ilmu-ilmu lainnya.

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved